Dikeremangan senja yang semakin uzur
resah singgah patahkan penyanggah asa
bingkai-bingkai asmara yang kita lukiskan berdua
koyak cabik terburai hianat dusta kata belaka
pecah...,porak poranda
malam masih terlalu muda,saat senandungkan pilu
rotasi waktu terus bergulir, tak perduli ia !
membuka lembar perih, luka lama terlahir kembali
menganga lebar
aah..
dendam ini benar-benar menghisap dan membakarku
hati nurani dan belulang tlah hangus menghitam
bersetubuh dengan kesumat kebencian
pada relung selimut pesimistis
mengintip bias cahaya purnama, pun harap terkemas tanya
..................
masih kan bertumbuhkah
tunas cinta penyejuk kalbu ?
dalam dahaga...
20.11.09 - balam -
salam
MasAbodDoLAH-Dwi Andari
Tuesday, December 29, 2009
Saturday, December 26, 2009
Kita dan Cinta
: Kamu
Begitu dalam tanamkan rasa
Benci dan cinta kau paruh rata
Menggantung_ku dalam dilema
Koma dalam dekap ketat kecewa
: Ragu
Begitu lemah mempengaruhi_ku
Hingga percaya dan luruh pada cintamu
Melanglang maya terbuai harapan palsu
Ditampar nyata terhempas beku
: Aku
Begitu buta siasia mengutuk cinta
Berharap kau bahagia sungguh tak bisa
Pun mengharap hancurmu tak mampu
Realita cinta rumit menyiksa
Dak, 12.09.
Begitu dalam tanamkan rasa
Benci dan cinta kau paruh rata
Menggantung_ku dalam dilema
Koma dalam dekap ketat kecewa
: Ragu
Begitu lemah mempengaruhi_ku
Hingga percaya dan luruh pada cintamu
Melanglang maya terbuai harapan palsu
Ditampar nyata terhempas beku
: Aku
Begitu buta siasia mengutuk cinta
Berharap kau bahagia sungguh tak bisa
Pun mengharap hancurmu tak mampu
Realita cinta rumit menyiksa
Dak, 12.09.
Tuesday, December 22, 2009
Rakus
Berkata tak berkaca
Menjual asa yakinkan dunia
Jelas hitam kau bilang putih
Pun fakta ikut kau amputasi
Aih, hebat sungguh kau persiapkan diri
Pancangkan tiang punpanggung berdiri
Tak peduli latar bergradasi kelam
Asa kosong kau penuhi semu mimpimimpi
Berkata tak berkaca
Bakar kerongkongan bicara sampah
Bermain gendang tari_kan resah
Ambil untung dari menebar gundah
Aih, pintar sungguh kau permainkan nyata
Membelenggu asa dengan harapan maya
Segeralah sadar dan mulai berkaca
Rakus_mu itu gerogoti bangsa
Dak, 12.09.
Menjual asa yakinkan dunia
Jelas hitam kau bilang putih
Pun fakta ikut kau amputasi
Aih, hebat sungguh kau persiapkan diri
Pancangkan tiang punpanggung berdiri
Tak peduli latar bergradasi kelam
Asa kosong kau penuhi semu mimpimimpi
Berkata tak berkaca
Bakar kerongkongan bicara sampah
Bermain gendang tari_kan resah
Ambil untung dari menebar gundah
Aih, pintar sungguh kau permainkan nyata
Membelenggu asa dengan harapan maya
Segeralah sadar dan mulai berkaca
Rakus_mu itu gerogoti bangsa
Dak, 12.09.
Friday, December 18, 2009
MATAHARIKU
Suaramu merdu terngiang
senandungkan lagu tentang bintang
yang bertebaran di luas langit
berpendar berbagi cahaya dengan sabit
: indah warnai malam
membuatku tegar hadapi kelam
Katamu
kelam malam adalah ujian
kerlip dalam temaram itu panduan
yang kan menuntun langkahlangkah_ku
temukan cahaya sebenarnya
: matahari
Katamu
tatalah indah mimpimimpi
bungkus dengan keyakinan hati
karena pagi disana menanti
bawa sejuta harapan dalam hangat
sinar mentari
Bisikmu
tersenyumlah
tatap dunia dengan ceria
karena matahari sengaja dicipta
khusus untukku gantungkan cita
dan mengubah asa menjadi nyata
Dalam biru doadoa
pun aku berbisik
tunggu aku
: matahariku
Dak, 12.09
Tuesday, December 15, 2009
NGERI
Lantang kau bicara janggal
beri kesaksian cerita sepenggal
anggap kami ber_otak dangkal
Rapat kau tutup busuk
tapi baunya menyeruak, menyeruduk
bikin merinding bulu kuduk
Ngeri
ngotot SALAH kau pungkiri
lalu, bagaimana mau perbaiki negeri ?
Dak, 12.09
beri kesaksian cerita sepenggal
anggap kami ber_otak dangkal
Rapat kau tutup busuk
tapi baunya menyeruak, menyeruduk
bikin merinding bulu kuduk
Ngeri
ngotot SALAH kau pungkiri
lalu, bagaimana mau perbaiki negeri ?
Dak, 12.09
Sunday, December 13, 2009
PICIK
Sipicik berwajah klasik
Tersenyum licik mengumbar baik
Tanamkan budi tutupi keji
menebar luka menjala duka
tertawa dalam lautan derita
Sipicik berwajah klasik
sesumbar diri paling cerdik
nuraninya mati oleh kekerdilan hati
candui semua yang berbau nista
hidupnya palsu penuh sejuta dusta
Awas, sipicik berwajah klasik
: nyata kelilingi kita
Dak 12.09
Tersenyum licik mengumbar baik
Tanamkan budi tutupi keji
menebar luka menjala duka
tertawa dalam lautan derita
Sipicik berwajah klasik
sesumbar diri paling cerdik
nuraninya mati oleh kekerdilan hati
candui semua yang berbau nista
hidupnya palsu penuh sejuta dusta
Awas, sipicik berwajah klasik
: nyata kelilingi kita
Dak 12.09
Friday, December 11, 2009
RASA
kita memintal banyak benang
berkalikali tertusuk jarum
rajutan belum selesai
menyerah kau menjauh pergi
tinggalkan banyak warna terbengkalai
pun kita bicara
dalam sepi yang kau cipta
menatap kelu sobekan rendarenda cinta
saling bertukar kabar
meski dengan nadanada datar
doa
percaya
rasa
:entah kemana
Dak, 12.09
Sunday, December 6, 2009
EPISODE MAMPUKAH
Hujan
turun tibatiba
deras berpetir keras
menampar angin bangunkan sadar
Ingatan satusatu datang
bersama kilat yang menyambar garang
pun air mata menetes jalang
berharap waktu bisa diulang
Tapi waktu tak bisa diulang
hanya bisa dipanggil tuk dikenang
pun suaramu kembali terngiang
lembut lantunkan puisi goresan tangan
" Lihatlah apa yang ku lihat
ditepi senja yang berjubah jingga
ia tampak lebih bersahaja
Dengarlah apa yang ku dengar
begitu lembut menyatu dengan angin
menyusup ketelingaku nyanyian rindu
Terjemahkanlah dengan nuranimu
segala rasa yang ada
saat semua terdiam "
Hujan reda
hadirkan segaris jingga diujung senja
dan dalam diammu
kau terjemahkan semua
: sempurna
Dak - Adis 12.09
sebuah kolaborasi oretanku dgn puisi Mas Adis.
EPISODE MAMPUKAH by ADIS Medio - Sept.08 ( cetak miring )
turun tibatiba
deras berpetir keras
menampar angin bangunkan sadar
Ingatan satusatu datang
bersama kilat yang menyambar garang
pun air mata menetes jalang
berharap waktu bisa diulang
Tapi waktu tak bisa diulang
hanya bisa dipanggil tuk dikenang
pun suaramu kembali terngiang
lembut lantunkan puisi goresan tangan
" Lihatlah apa yang ku lihat
ditepi senja yang berjubah jingga
ia tampak lebih bersahaja
Dengarlah apa yang ku dengar
begitu lembut menyatu dengan angin
menyusup ketelingaku nyanyian rindu
Terjemahkanlah dengan nuranimu
segala rasa yang ada
saat semua terdiam "
Hujan reda
hadirkan segaris jingga diujung senja
dan dalam diammu
kau terjemahkan semua
: sempurna
Dak - Adis 12.09
sebuah kolaborasi oretanku dgn puisi Mas Adis.
EPISODE MAMPUKAH by ADIS Medio - Sept.08 ( cetak miring )
Thursday, December 3, 2009
PURNAMA AWAL DESEMBER
Dan lautpun memberi kabar
lewat debur ombak yang melandai kepantai
diiringi kepakan sayap-sayap camar
dengar dan lihatlah...
purnama malam awal desember
lentera yang terangi jalannya pulang
tinggalkan jejak fatamorgana pelangi
diatas buihbuih asin
Selamat jalan sahabat
warisan stanza kata-kata mu akan slalu disini
temaniku meniti hari
damailah...
dalam dekap peluk-Nya
dalam indah kasih-Nya
abadilah
dalam keabadian
Dak 12.09
Slamat jalan maskoe...
mengenang kepergian sahabat, kakak juga guru terbaik sedunia
Ahmad Rosyadi ( Adis )
Wednesday, December 2, 2009
DESEMBER
Malam desember awal
Bermandi cahaya bulan
Benderang terangi jalan
Bantu langkahku temukan impian
Lihat,…
Wajah-wajah kalian samar tergambar
Nakal bergantian timbul tenggelam
Disempurna wajah bulan
Tunggu,…
Aku akan datang
Rangkai lagi asa yang telah usang
Pastikan senyum kan terbalut senang
Dengar,…
Bisik senandung riang
Iringi langkah-langkah panjang
Perjuanganku tuk masa datang
Malam desember awal
Langit minim bintang
: Indah sempurna
Bermandi cahaya purnama
Dak 12.09
Bermandi cahaya bulan
Benderang terangi jalan
Bantu langkahku temukan impian
Lihat,…
Wajah-wajah kalian samar tergambar
Nakal bergantian timbul tenggelam
Disempurna wajah bulan
Tunggu,…
Aku akan datang
Rangkai lagi asa yang telah usang
Pastikan senyum kan terbalut senang
Dengar,…
Bisik senandung riang
Iringi langkah-langkah panjang
Perjuanganku tuk masa datang
Malam desember awal
Langit minim bintang
: Indah sempurna
Bermandi cahaya purnama
Dak 12.09
Saturday, November 28, 2009
KITA
Kita sepasang berjalan menuju pantai
Tersihir indah warna warni senja
Eratkan genggaman
Melangkah di hamparan tajam kerikil
Kita sepasang berdiri gamang menatap samudra
Dibibir pantai yang dipenuhi seratus ribu aturan
Sekarat…
Menanti badai ditemani penghianatan dan pengampunan
Kita sepasang saling tatap teriaki takdir
Membayar mahal harga perbedaan
Gadaikan rasa
Jadi budak ketidakberdayaan
Kita sepasang
Melangkah gontai dekati malam
Lepaskan genggaman menuju ke_kegelapan
Tenggelam dalam lautan kekecewaan
Dak 11.09
Tersihir indah warna warni senja
Eratkan genggaman
Melangkah di hamparan tajam kerikil
Kita sepasang berdiri gamang menatap samudra
Dibibir pantai yang dipenuhi seratus ribu aturan
Sekarat…
Menanti badai ditemani penghianatan dan pengampunan
Kita sepasang saling tatap teriaki takdir
Membayar mahal harga perbedaan
Gadaikan rasa
Jadi budak ketidakberdayaan
Kita sepasang
Melangkah gontai dekati malam
Lepaskan genggaman menuju ke_kegelapan
Tenggelam dalam lautan kekecewaan
Dak 11.09
LARA
Senja terlewati dengan secangkir kopi panas
Gemericik hujan dan untaian kata penyesalan
yang kau kalungkan abadi di ingatanku
Hangat…
Kau pahat hatiku dengan asa tanpa batas
Setiap kata adalah sihir berselimut puisi
Lalu aku lupakan semua luka, sakit dan penghianatan
Malam terlewati dengan setangkup sesal
Hembusan resah nafas dan gemetaran doadoa
yang lirih kubisikan pada pekat malam
Dingin…
Kembali kau rampas hidup dalam kehidupanku
tinggalkan galau disesak isak tangisku
Katamu “ aku memang ba_jingan, dan kamu tau itu… “
Lara tercabik
Dapati cinta hanyalah permainan rasa
Sadari rasa hanyalah kenaifan asa
dan Kenyataan...
Hanyalah duri yang terus menari liar
diatas luka
dak 11.09
Gemericik hujan dan untaian kata penyesalan
yang kau kalungkan abadi di ingatanku
Hangat…
Kau pahat hatiku dengan asa tanpa batas
Setiap kata adalah sihir berselimut puisi
Lalu aku lupakan semua luka, sakit dan penghianatan
Malam terlewati dengan setangkup sesal
Hembusan resah nafas dan gemetaran doadoa
yang lirih kubisikan pada pekat malam
Dingin…
Kembali kau rampas hidup dalam kehidupanku
tinggalkan galau disesak isak tangisku
Katamu “ aku memang ba_jingan, dan kamu tau itu… “
Lara tercabik
Dapati cinta hanyalah permainan rasa
Sadari rasa hanyalah kenaifan asa
dan Kenyataan...
Hanyalah duri yang terus menari liar
diatas luka
dak 11.09
Tuesday, November 24, 2009
KANGEN
Kangen,
tapi simpul mati belenggu luka
memaksaku munafiq
dan menelan rasa ini diamdiam
kangen,
berada dalam dekap cintamu
yang membawaku pada permainan abuabu
dimana hitam dan putih tersamar rata
yah, aku kangen,
pada hati yang menghancurkan hatiku
Dak, 06.08
tapi simpul mati belenggu luka
memaksaku munafiq
dan menelan rasa ini diamdiam
kangen,
berada dalam dekap cintamu
yang membawaku pada permainan abuabu
dimana hitam dan putih tersamar rata
yah, aku kangen,
pada hati yang menghancurkan hatiku
Dak, 06.08
Monday, November 23, 2009
BATIN YANG HAMPIR KARAM
Substansi sadar o_tak ku berpendar
dapati cinta berbuah lara kebencian
padat berjuta nuansa nanar
aku tenggelam
dalam perangkap kesangsian gapai hari esok
Dalam kalap jiwa yang kau jebak
ku tata luka dan berdiri patahkan elemen rasa
kenakan busana baru rajutan dendam lama
dan penuhi katup tangki doa dengan kutuk serapah
Tak tertampak warna selain berbias buram
setumpuk nilai_pun sirna dibenam nafsu angkara
nurani sungguh tlah tertawan dan karam
pada rongga gulita bersenggama kecewa
Tertatih
kugenggam erat cerabut asa tersisa
coba semai pada atmosfir puing hati terbelah
......................
hanya itu yang kupunya
21.11.09.- balam
salamku
MasAbodDoLAH - Dwi Andari
Sunday, November 22, 2009
BUNDA
Bunda, tahun berganti
tak juga mampu kutata hati
pun untuk menyisipkan mimpi-mimpi
seperti pintamu sebelum pergi
Bunda, tahun kembali berganti
meski coba terus tegak berdiri
lelah kujalani hari-hari
tanpamu di hidupku
: mati
Bunda, tahun-tahun akan terus berganti
Tak kan mampu ku maafkan diri
Untuk ketakutanku yang menakutimu
Untuk rapuhku yang teteskan lara dihidup mu
Bunda, ini aku berjanji
Untuk coba ikhlaskan yang terjadi
Untuk terus tegar seperti inginmu
Sebagai bukti bakti
Rindu dan cintaku pada mu
Bunda,
Mohonku
Maafmu...
Dak, 11.09
tak juga mampu kutata hati
pun untuk menyisipkan mimpi-mimpi
seperti pintamu sebelum pergi
Bunda, tahun kembali berganti
meski coba terus tegak berdiri
lelah kujalani hari-hari
tanpamu di hidupku
: mati
Bunda, tahun-tahun akan terus berganti
Tak kan mampu ku maafkan diri
Untuk ketakutanku yang menakutimu
Untuk rapuhku yang teteskan lara dihidup mu
Bunda, ini aku berjanji
Untuk coba ikhlaskan yang terjadi
Untuk terus tegar seperti inginmu
Sebagai bukti bakti
Rindu dan cintaku pada mu
Bunda,
Mohonku
Maafmu...
Dak, 11.09
Monday, November 16, 2009
MENJAHIT LUKA
dan aku pun menjahit luka dengan jelujur rapat
lalu teronggok lemah, lelah di sudut hampa
menatap mimpi-mimpi yang ikut terkunci mati
Dak, 11.09
rev 08.09
SEUMUR JIWA
Monday, November 9, 2009
Nyanyian Hati
Aku menari ikuti liukan nada pilu seruling bambu
Larut dalam dawai sunyi reruntuhan mimpi
Sesekali tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati
Sementara dalam keruh tenang
Pemangsaku kembali terpekur nyaman di dasar rawa
Teteskan liur beku sedingin pekatnya nafsu
Mematung menunggu aku yang lain…
Dalam rancak acak tarianku
Kau bisikan bayangan nyatamu lewat angin yg menderu perih ketelinga
Menarilah sayang lupakan harapan tololmu
Karena aku sang pemangsa dan karma bukanlah bagian dari takdirku
Aku terus menari menata kaki ayunkan jemari
Tersihir irama luka buaian seruling bambu
Lahirkan galau yg lengkapi kisah dalam bingkai buntu waktu
Karena setengah dari takdirmu adalah takdirku
Kuikat warna kelam pada selendang impian yg pernah kau beri
Lalu tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati
Dak 11.09
Monday, November 2, 2009
Angin Nakal
angin nakal
hembuskan kabar yang tak ingin kudengar
menderu perih mengiris dinding hati
runtuhkan lagi kerakkerak luka
angin nakal
bahkan di lengang tengah malam
kau dera aku dengan kisah tentangnya
dalam penat rindu yang mengoyak, merobek
Dak, 11.09
hembuskan kabar yang tak ingin kudengar
menderu perih mengiris dinding hati
runtuhkan lagi kerakkerak luka
angin nakal
bahkan di lengang tengah malam
kau dera aku dengan kisah tentangnya
dalam penat rindu yang mengoyak, merobek
Dak, 11.09
Monday, October 19, 2009
Lima Kata Dalam Satu Kalimat
Lima kata dalam satu kalimat
Dua kali diucapkan sahabat
Benarbenar membuatku jadi teringat
Harihari bagai kiamat
Lima kata dalam satu kalimat
Dua kali diucapkan sahabat
Benarbenar sangat terlambat…
Lima kata dalam satu kalimat…
“ jangan pernah lewati jalan itu “
Dak, 10.09
Dua kali diucapkan sahabat
Benarbenar membuatku jadi teringat
Harihari bagai kiamat
Lima kata dalam satu kalimat
Dua kali diucapkan sahabat
Benarbenar sangat terlambat…
Lima kata dalam satu kalimat…
“ jangan pernah lewati jalan itu “
Dak, 10.09
Apalah Aku...
Aku melihatnya seperti awan
Begitu putih dan lembut
Berarak memenuhi dinding hatiku
Dengan cinta dan sejuta nyamannya
Aku membutuhkannya seperti udara
Yang silih berganti memenuhi rongga dada
Memompa detak jantung kehidupanku
Dengan asa dan sejuta impiannya
Tapi dia,
Hanya terdiam didepan pintu
Menatapku dengan sejuta arti yg tak ku mengerti
Aah,…
Apalah aku ini...
Dak, 10.09
Berarak memenuhi dinding hatiku
Dengan cinta dan sejuta nyamannya
Aku membutuhkannya seperti udara
Yang silih berganti memenuhi rongga dada
Memompa detak jantung kehidupanku
Dengan asa dan sejuta impiannya
Tapi dia,
Hanya terdiam didepan pintu
Menatapku dengan sejuta arti yg tak ku mengerti
Aah,…
Apalah aku ini...
Dak, 10.09
Tuesday, September 29, 2009
SaTu BinTanG
Satu bintang saja,
Di pekatnya gelap malamku
Tuk temani lelap tidurku
Tuk sinari mimpi indahku...
Satu bintang saja,
Di kerlipnya kan kutemukan jejak jalan itu
Jalanku tuk menemukanMu
Jalanku tuk kembali padaMu...
Sungguh,
Satu bintang saja
Untuk ku...
Dak, 0909
Di pekatnya gelap malamku
Tuk temani lelap tidurku
Tuk sinari mimpi indahku...
Satu bintang saja,
Di kerlipnya kan kutemukan jejak jalan itu
Jalanku tuk menemukanMu
Jalanku tuk kembali padaMu...
Sungguh,
Satu bintang saja
Untuk ku...
Dak, 0909
Monday, September 14, 2009
MemBakar MimPi
Aku hanya ingin terbebas dari takut
Yang masih saja terus kau pupuk
Dan membuatku mabuk terlarut dlm duka
Yang masih saja terus kau pupuk
Dan membuatku mabuk terlarut dlm duka
Aku hanya ingin terlepas dari belenggu rasa
Meski ku harus patahkan ranting-ranting asa
Dan membakar impian tentang kita
Pada lautan resahlah ku larung abu mimpi-mimpi semu
Berharap debur ombak menghempaskannya jauh dariku
Dak 09.09
Wednesday, August 26, 2009
TentanG KeHidupaN
Malam memyelimutiku dengan kenangan,
Kenangan yg tak pernah bisa disembunyikan ingatan,
Ingatan yg mengendap dan lahirkan impian,
Impian buram tentang cinta, penghianatan, luka, & duka.
.....
Pagi slalu menyinariku dengan secercah asa,
Asa yg disematkan TUHAN diantara serpihan luka,
Luka yang justru membuatku tegar & mampu bertahan,
Bertahan tuk lanjutkan perjalanan…
Lihatlah,...
Takdir mungkin memang sudah dituliskan
Tapi DIA tetap memberi ku kesempatan tuk memilih
DIA yg tak pernah meninggalkanku dlm kebodohan & ketidakadilan
Mempercayakan nasib kehidupanku pd diriku sendiri
Dak, 08.09
Kenangan yg tak pernah bisa disembunyikan ingatan,
Ingatan yg mengendap dan lahirkan impian,
Impian buram tentang cinta, penghianatan, luka, & duka.
.....
Pagi slalu menyinariku dengan secercah asa,
Asa yg disematkan TUHAN diantara serpihan luka,
Luka yang justru membuatku tegar & mampu bertahan,
Bertahan tuk lanjutkan perjalanan…
Lihatlah,...
Takdir mungkin memang sudah dituliskan
Tapi DIA tetap memberi ku kesempatan tuk memilih
DIA yg tak pernah meninggalkanku dlm kebodohan & ketidakadilan
Mempercayakan nasib kehidupanku pd diriku sendiri
Dak, 08.09
Tuesday, August 18, 2009
MemBawA puLang SEpi
Dibanjiri kenangan pada pendar matamu,
Pada pecah senyummu,
Pada belaian pucat resahmu,
Langitpun membiru kosong…
Dihangati uap api kerinduan ini, akupun menyambangimu
Membawa sepi yang pernah kau tinggalkan…
Dipusaramu aku tertunduk kelu
Menyusun lagi balok-balok kesedihan
Menyatukan lagi kepingan-kepingan kisah
Tapi takdir, tetap teka teki hidup yg tak terpecahkan…
Diingatkan petang, akupun beranjak pergi
Membawa lagi sepi ini pulang…
Dak, 08.09
Monday, August 10, 2009
MungkiNkah KaMu...
Thursday, August 6, 2009
IndaHnya PenantiaN
Disandera malam berbulan nyaris purnama,
Kurapatkan diri pada sepi tuk selami selaksa anugerah.
Nadikupun berdetak seirama detik yg bergulir,
Dan bisikan zikirkupun pecahkan senyap malam…
Diperciki setetes kerinduan akan hadirmu.
Kubasuh jiwa yg mulai tak sabar menanti datangmu.
Dalam sanderaan malam berbulan nyaris purnama ini,
Kukoleksi waktu dengan menguntai indah kalimat2 suci-Mu
Bersihkan diri tuk sambut bulan penuh ampunan.
Marhaban ya ramadhan...
Dak. 08.09
Monday, August 3, 2009
Khayal NyatA
Kupeluk kau dalam khayal yg begitu nyata.
Luruh dalam rasa yg membuncah raga.
Dan angin hanya perdengarkan dentingan terindah,
Dalam diam mu mengalir senandung rindu yg begitu merdu.
Sungguh, aku hanya bisa menikmatinya dengan air mata…
Dipangkuanmu aku jatuhkan semua lelah,
Didamai tatapanmu aku lepaskan semua gundah,
Dihangat dekapanmu aku bisikkan sebuah harap,
Berharap waktu terhenti mati.
Nda, andai khayal ini nyata,……
Dak, 08.09
I miss u mom…
Luruh dalam rasa yg membuncah raga.
Dan angin hanya perdengarkan dentingan terindah,
Dalam diam mu mengalir senandung rindu yg begitu merdu.
Sungguh, aku hanya bisa menikmatinya dengan air mata…
Dipangkuanmu aku jatuhkan semua lelah,
Didamai tatapanmu aku lepaskan semua gundah,
Dihangat dekapanmu aku bisikkan sebuah harap,
Berharap waktu terhenti mati.
Nda, andai khayal ini nyata,……
Dak, 08.09
I miss u mom…
Saturday, August 1, 2009
MenjaHit LukA
...
Dan akupun menjahit luka dgn jelujur rapat,
Benamkan duka menutup perih,
Lalu teronggok lelah disudut hampa,
Tatap mimpi yg ikut terkunci mati...
Dak, 08.09
Saturday, July 25, 2009
PalsukaN BahaGia
Tak apa,...
Teruslah bercerita dalam diam,
Atau umbarlah tawa dan candamu meski diiringi denting kesunyian.
Tak apa,...
Teruslah tebar kepalsuan itu,
Meski goresan luka di bening fatamorgana ke 2 matamu menyangkalnya.
Karena rasa oleh rasa...
Diayun waktu hadirkan asa,
Meski dipenuhi sejuta khayal,
Namun tetap lukiskan nyata...
Tak apa,...
Tipulah luka dengan palsukan bahagia,
Asal kau tetap disitu dan terus bertahan...
Dak, 07.09
Wednesday, July 22, 2009
RasakaN apa yg kuRasa
Dengarlah apa yg ingin kuperdengarkan,
Tentang takut tanpa harap...
Tentang tangis tanpa isak...
Tentang perih tanpa nganga luka...
Tentang dendam tanpa pembalasan...
Tentang kutukan tanpa doa...
Tentang cinta tanpa kekuatan...
Cobalah rasakan apa yg kurasa,
Dan kau akan mengerti apa itu kecewa....
Dak, 07.09
Thursday, July 9, 2009
Dendam
Diremang senja yang smakin menua,
resah singgah patahkan ranting-ranting asa
Malam masih terlalu muda saat gambaran waktu
kembali terputar....
membuka perih yg pernah tercipta.
Ah,... dendam ini benar-benar menghisap ku,
akankah aku sanggup sekuat itu ?!
berdiri kaku dan terus mengharap hancurmu...
Dak, 07.09
Monday, June 22, 2009
Kebekuan PanjanG
Seribu santun topengi wajah mu,
Membuatku terbuai dlm pesona "keluguan" mu.
Dlm balutan kata, untaian dusta laksana nyata,
yg berhembus semilir & ciptakan sejuta harap...
Aku yg terlanjur mabuk dlm syair cintamu,
Tak mampu melihat jernih kedalam pekatnya jiwa,
Sampai mata pisaumu mengoyak smua mimpi,
Dan kidung penghianatan lelapkan aku dlm kebekuan panjang.
.....
Kudekap luka tatap kaku jalannya waktu,
Karena kamulah cinta yg paling ingin aku hancurkan sekaligus aku selamatkan.
Dalam dinginnya dendam, ku bakar semua asa...
Agar tak ada lagi khayalan dari serpihan luka,
dan tak ada mantra dlm doa tuk jadikannya nyata,
Karena tlah ku sedekahkan perih ini untuk cinta.
Dak, 06.09
Tuesday, June 9, 2009
PenGhujung Hari
Dipenghujung hari ini,
Aku berharap,
Benar-benar berharap,
Tuhan kan kirimkan hujan di gersang jiwa letih
Begitu deras hingga hanyutkan semua perih
Dipenghujung hari ini,
aku berharap,
Benar-benar berharap,
Tuhan kan kirimkan “penghapus kenangan”
agar dapat ku hapus setiap detik kebersamaanku dgn mu
Dipenghujung hari ini,
Aku berharap,
Benar-benar berharap,
Tuhan kan mengambil rasa ini dari hidupku
agar tak ada lagi dendam luka dalam jiwa lusuhku
Dipenghujung hari ini,
Aku berharap,
Benar-benar berharap…
Dak, 08.06.09
Saturday, June 6, 2009
BerCintA denGaN Hidup
Aku kan terus bercinta dengan kehidupan,
Karena kebahagiaan & kepedihan hanya sebatas rasa.
dan kan kunikmati keabstrakan smua rasa
dari kehidupan.
Aku kan terus bercinta dengan kehidupan,
Karena aku hidup untuk kehidupan
dan ku ikhlas sedekahkan jiwa ini
dalam genggamannya.
Aku kan terus bercinta dengan kehidupan,
Karena akulah tawanan takdirnya
dan tlah ku percayakan jalannya hidup
pada guratan pena-Nya.
dan,...
Aku kan terus bercinta dengan kehidupan,
Sampai kehidupan tak lagi menginginkanku...
dak, 06.09
Karena kebahagiaan & kepedihan hanya sebatas rasa.
dan kan kunikmati keabstrakan smua rasa
dari kehidupan.
Aku kan terus bercinta dengan kehidupan,
Karena aku hidup untuk kehidupan
dan ku ikhlas sedekahkan jiwa ini
dalam genggamannya.
Aku kan terus bercinta dengan kehidupan,
Karena akulah tawanan takdirnya
dan tlah ku percayakan jalannya hidup
pada guratan pena-Nya.
dan,...
Aku kan terus bercinta dengan kehidupan,
Sampai kehidupan tak lagi menginginkanku...
dak, 06.09
Saturday, May 30, 2009
SeLamaT JalaN SahabaT
Aku tidak sedang berlari,…
Tapi lutut ku gemetar paksakan kaki tuk tetap berdiri
Pandangi wajah damaimu dalam balutan putih...
Aku tidak sedang menangis,...
Tapi air ini terus mengalir dari mata dan hidungku,
Ketika sadar ini terakhir ku dapat menatap indah senyum mu...
Waktu telah pertemukan kita,
Waktulah yang menjalin begitu banyak rangkaian kisah diantara kita
Dan kini,...
Waktu juga yang pisahkan kita.
Sungguh hidup dikuasai oleh waktu...
Tapi ku ikhlaskan semua susut di telan sang waktu,
Berharap kelak, waktu juga yang akan pertemukan kita kembali
di dalam kebaikan yang abadi...
Sungguh, aku tidak sedang menyesali takdir ini
Karena bagaimanapun aku bersyukur untuk waktu yg telah kita bagi,
Untuk takdirmu dalam takdir ku....
Sungguh, aku tidak sedang menangisi pergimu,...
Tapi biarlah air ini mengalir dari kedua mataku,
Sebagai ucapan selamat jalan untukmu sahabat.
Dak, 05.09
Mengenang kepergian sahabat terbaik sedunia...
Munding sariatmani ( 25.05.09 )
Friday, May 15, 2009
Hiduplah Di Hidupku
Bicaralah semaumu
Bercelotehlah apa saja…
Dan aku akan setia mendengar.
Berulahlah semaumu,
Biarkan senyum, jengkel juga marah & tawaku terumbar
Dan aku akan berterima kasih untuk semua.
Berbagilah denganku sedikit saja dari hidupmu
Akan ku nikmati hidup dan kuingkari semua luka
Jadilah teman sekaligus malaikat di hidupku.
Dak. 12.08
Bercelotehlah apa saja…
Dan aku akan setia mendengar.
Berulahlah semaumu,
Biarkan senyum, jengkel juga marah & tawaku terumbar
Dan aku akan berterima kasih untuk semua.
Berbagilah denganku sedikit saja dari hidupmu
Akan ku nikmati hidup dan kuingkari semua luka
Jadilah teman sekaligus malaikat di hidupku.
Dak. 12.08
Pintu Langit
Kuketuk pintu langit dengan doa & pengharapan,
Kulayarkan semua sesal di lautan cintaNYA.
Berharap debur ombakNYA pecahkan beku jiwa.
Seribu satu ingin yg terucap, lenyap di terbangkan angin.
Seribu satu rasa yg menyergap, menyeretku ke ambang lelah.
Satu rasa yang tersisa adalah hampa…
Satu ingin yg tersisa adalah matinya semua keinginan,
Karena musuhku adalah rasaku,
Karena deritaku adalah ingin yg tak tergapai…
Kuketuk pintu langit dengan doa & pengharapan,
DilautanNYA kulabuhkan hati koyak ini
Berharap hanya pada cintaNYA kutemukan tepian untuk bersandar.
Dak, 05.09
Saturday, May 2, 2009
DIA
Mencari kunci damai jiwa,
Kutemukan DIA dipojok resah,
Dengan segulung jawaban dari juta'an tuduhanku padaNYA.
Diberinya aku cermin untuk berkaca,
Diberinya aku ingatan untuk mengenang,
Dengan kehendakNYA kusadari smua bodoh, khilaf, dan ketakberdayaan...
Mencari kunci damai jiwa,
Kutemukan diri begitu hina,
Dan stiap bagian hatikupun meleleh,
Saat ku tahu DIA tetap disitu menantiku kembali padaNYA.
Dak, 05.09
Kutemukan DIA dipojok resah,
Dengan segulung jawaban dari juta'an tuduhanku padaNYA.
Diberinya aku cermin untuk berkaca,
Diberinya aku ingatan untuk mengenang,
Dengan kehendakNYA kusadari smua bodoh, khilaf, dan ketakberdayaan...
Mencari kunci damai jiwa,
Kutemukan diri begitu hina,
Dan stiap bagian hatikupun meleleh,
Saat ku tahu DIA tetap disitu menantiku kembali padaNYA.
Dak, 05.09
Wednesday, April 29, 2009
PiCik
Sipicik berwajah klasik,
Tersenyum licik mengubar baik,
Tanamkan budi tutupi keji.
Sipicik berwajah klasik,
Sesumbar diri paling cerdik,
Nuraninya mati tercekik kekerdilan jiwa.
Sipicik berwajah klasik,
Candui semua yg berbau nista,
Hidupnya palsu penuh sejusta dusta.
Dak, 04.09
Tersenyum licik mengubar baik,
Tanamkan budi tutupi keji.
Sipicik berwajah klasik,
Sesumbar diri paling cerdik,
Nuraninya mati tercekik kekerdilan jiwa.
Sipicik berwajah klasik,
Candui semua yg berbau nista,
Hidupnya palsu penuh sejusta dusta.
Dak, 04.09
Saturday, April 18, 2009
Setia
Dalam keranda semu,
Terlantum lagu para perindu,
Menyayat legam hasrat yg terpendam.
Dalam asuhan waktu,
Dicarinya letih dengan menelisik nyata,
Dibakarnya munafik dengan berbesar jiwa.
Dia yang bicara atas nama cinta,
Terikat citra kata setia,
Membungkus rapih luka dengan sutra.
Dia yang berkuasa atas rasa,
Terus bertahan diatas singgasana lara,
Mabuk dalam kecewa & nestapa...
Dalam keranda semunya,
Dia terlelap dalam keterjagaan rasa,
Teraniaya sempurna oleh kepalsuan cinta.
Dak 04.09
Terlantum lagu para perindu,
Menyayat legam hasrat yg terpendam.
Dalam asuhan waktu,
Dicarinya letih dengan menelisik nyata,
Dibakarnya munafik dengan berbesar jiwa.
Dia yang bicara atas nama cinta,
Terikat citra kata setia,
Membungkus rapih luka dengan sutra.
Dia yang berkuasa atas rasa,
Terus bertahan diatas singgasana lara,
Mabuk dalam kecewa & nestapa...
Dalam keranda semunya,
Dia terlelap dalam keterjagaan rasa,
Teraniaya sempurna oleh kepalsuan cinta.
Dak 04.09
Asuhan Waktu
Lumbung resahku,
Wariskan ladang takut,
Hiasi malam dengan awan kelam,
Membuat ketidakberdayaan lahirkan dendam...
Tapi,...
Air yang mulai mengering di ujung mata,
Bekukan sejuta keinginan itu.
Api jiwaku,
Gemetar membakar setiap kutukan,
Sisakan arang lara dalam balutan ketat norma,
Menukar perih dengan sejuta doa...
Lalu,...
Bayanganmu di hidupku,
Robek dalam asuhan waktu....
Dak, 04.09
Wariskan ladang takut,
Hiasi malam dengan awan kelam,
Membuat ketidakberdayaan lahirkan dendam...
Tapi,...
Air yang mulai mengering di ujung mata,
Bekukan sejuta keinginan itu.
Api jiwaku,
Gemetar membakar setiap kutukan,
Sisakan arang lara dalam balutan ketat norma,
Menukar perih dengan sejuta doa...
Lalu,...
Bayanganmu di hidupku,
Robek dalam asuhan waktu....
Dak, 04.09
Ujian HidUp
Susuri jalan setapak menuju bukit nestapa,
Berbekal sedikit yang bisa dibagi,
Terhirup sisa-sisa hidup dari sebuah tragedi
Nafasku sesak dadakupun koyak....
Pada kekelaman pekat warna lumpur itu,...
Tergambar guratan kesaksian tentang dasyatnya amukan alam,
Pada kebisuan puing-puing diantara lumpur itu,...
Terdengar pekik pilu yg mengakhiri juta’an impian.
Akalku berpendar coba menguraikan makna sebuah bencana,
Menazamkan rasa coba membaca realita,...
Semua membuatku terserap dalam timbunan pertanyaan,
Tak mampu uraikan derita dari sebuah ujian hidup.
Ah,... sungguh tak bisa diterima apalagi dimengerti,
Tetapi tetap harus dijalani dan disyukuri,....
Kehidupan & kematian biarlah tetap jadi misteri,
Pasti ada rencana indah-NYA dibalik smua ini,...
Dak, 03.09
* Turut berduka cita untuk Situ Gintung ( 27 Maret 2009 )
Tuesday, March 24, 2009
Comulo-NimBus
Dikaisnya kata dari keringnya air mata,
Diperahnya rasa dari sisa-sisa derita,
Ratapannya adalah hujaman pedang ditengah luka,
Isak tangisnya adalah simponi dari pementasan sinis drama dunia,...
Meski belum berakhir, satu babak tlah terlewati...
Hamparan Stratus tak lagi dampingi birunya lautan mimpi
Comulo-nimbus-lah yg terus payungi gundah hati,
Pertegas gambaran buram akan masa depan.
Dia yg terlarut dalam cawan pualam duka,
Tak sanggup berkhayal apalagi berharap.
Hanya mampu wariskan stanza kata dlm syair-syair pedih,
Tentang rasa perih yang begitu luar biasa....
Dak, 03.09
*Stratus = langit biru tipis
*Comulus nimbus = awan hitam yg tebal
*Stanza = bait
Tuesday, March 17, 2009
KaLut
Dibalut kalut,
Badai takut menguap ke laut,
Wajahmu menempel lekat di ujung mata,
Inginku kuat akhiri semua...
Dalam balutan kalut,
Aku tersudut pada jalan buntu,
Terlalu letih untuk sekedar berharap,
Pada ingin NYA aku berserah...
Pada puncak kalut,
Aku dibawa pada kebaikan NYA,
Dibukakan mata tuk temukan jalan pulang,
Diberinya kekuatan tuk berdiri & lanjutkan perjalanan...
Dak, 03.09
Thank’s GOD tuk waktu yg tlah terlewati...
Badai takut menguap ke laut,
Wajahmu menempel lekat di ujung mata,
Inginku kuat akhiri semua...
Dalam balutan kalut,
Aku tersudut pada jalan buntu,
Terlalu letih untuk sekedar berharap,
Pada ingin NYA aku berserah...
Pada puncak kalut,
Aku dibawa pada kebaikan NYA,
Dibukakan mata tuk temukan jalan pulang,
Diberinya kekuatan tuk berdiri & lanjutkan perjalanan...
Dak, 03.09
Thank’s GOD tuk waktu yg tlah terlewati...
WajaH Dgn SenyuM
Wajah dengan senyum itu,
Mengarsir warna pelangi di kaki langit
Tapaki lorong sempit jalannya takdir
Dalam kebisuannya ribuan harap termohonkan...
Wajah dengan senyum itu,
Merangkai ribuan bentuk keabstrakan rasa
Meredam genderang perang yg memekakkan telinganya
Dalam ceruk lesung pipi diikatnya semua gundah
Wajah dengan senyum itu,
Tertawa getir samarkan nyata...
Dak, 03.09
Mengarsir warna pelangi di kaki langit
Tapaki lorong sempit jalannya takdir
Dalam kebisuannya ribuan harap termohonkan...
Wajah dengan senyum itu,
Merangkai ribuan bentuk keabstrakan rasa
Meredam genderang perang yg memekakkan telinganya
Dalam ceruk lesung pipi diikatnya semua gundah
Wajah dengan senyum itu,
Tertawa getir samarkan nyata...
Dak, 03.09
Tuesday, March 10, 2009
DaLam DiAm
Dalam diam,
hatinya basah kuyup digenangi air mata,
tapi jiwanya,...meranggas terbakar,
di sulut luka di kipasi kecewa,
dan kegelisahannya tak pernah lelap oleh buaian malam.
( dia yang terjerat & terperangkap dalam kepalsuan,...
terus terjaga dalam derita... )
Dalam diam,
diikatnya warna kelam pada impian buram,
tulikan hati meramu resah,
kosongkan rasa dan lahirkan ratusan ribu kutukan,
menatap gamang bayangan pucat wajah takdir....
Dalam diamnya,...
aku prihatin
akan lamanya waktu yang menyiksa.
dak, 03.09
Tuesday, March 3, 2009
MenunGgu WakTu
Mengunggu waktu,...
Tersesat dalam barak penantian,
Tak ada sekat antara asa & keraguan,
Semua saling tumpuk mengisi resah.
Dalam balutan angan-angan...
Kupersembahkan hidup pada kematian,
Membeku kaku lepaskan malang,
Lalu mencair aliri darma jiwa.
Mengunggu waktu,...
Inilah hidup itu dan,
Kubiarkan diri didikte kehidupan.
Dak, 03.09
1/3 MalaM
Di 1/3 malam,...
Ujung lidahku kelu,
Bibir gemetar bisikan kata-kata pujian,
Yg ku curi dari kitab-Nya.
Di 1/3 malam,...
Kukunci diri dalam ruang sesal,
Sembunyikan malu,
Akui sejuta khilaf.
Di 1/3 malam,...
Meski mungkin sia-sia,
Ku coba beningkan hati & sisipkan permohonan,
Karna ku tahu DIA ada dan mendengar...
Dak, 03.09
Ujung lidahku kelu,
Bibir gemetar bisikan kata-kata pujian,
Yg ku curi dari kitab-Nya.
Di 1/3 malam,...
Kukunci diri dalam ruang sesal,
Sembunyikan malu,
Akui sejuta khilaf.
Di 1/3 malam,...
Meski mungkin sia-sia,
Ku coba beningkan hati & sisipkan permohonan,
Karna ku tahu DIA ada dan mendengar...
Dak, 03.09
Monday, February 23, 2009
KarAm
Terbangun linglung,
Ku dapati cinta berbuah kebencian,
Dipenuhi ratusan ribu nanar,
Akupun tenggelam dlm kesangsian akan hari depan.
Dalam kalap jiwa yg kau jebak,
Ku tata luka dan berdiri patahkan rasa,
Kenakan busana baru rajutan dendam,
Dan penuhi tangki-tangki doa dengan kutukan.
Tak ku lihat warna selain buram,
Setumpuk nilaipun sirnah di benam nafsu,
Sungguh, aku tertawan & karam,
Dalam lubang sempit bernama kekecewaan....
Dak, 02.09
Ku dapati cinta berbuah kebencian,
Dipenuhi ratusan ribu nanar,
Akupun tenggelam dlm kesangsian akan hari depan.
Dalam kalap jiwa yg kau jebak,
Ku tata luka dan berdiri patahkan rasa,
Kenakan busana baru rajutan dendam,
Dan penuhi tangki-tangki doa dengan kutukan.
Tak ku lihat warna selain buram,
Setumpuk nilaipun sirnah di benam nafsu,
Sungguh, aku tertawan & karam,
Dalam lubang sempit bernama kekecewaan....
Dak, 02.09
Tuesday, February 17, 2009
JaLaN PuLanG
Pernak pernik sinar pelangi yang memancar dari setiap kata2mu, membuat tipuan picikmu kibaskan ragu...
Akupun terlempar dari gapura kesucian,
Terlilit ketat dosa dan berkobar hangus dalam pelukan iblis jiwamu,
Smua ragu terjawab dgn terlambat...,
Tinggalkan diri dlm kepungan gelap dan tak lagi tau jalan pulang....
......
Hanya karena Rahmat-NYA lah langit membiru’i rapuh hati...
Dalam beratnya beban kecewa, nafas terhembus ringan,
Kesadaran’pun berbisik lewat ketidaksadaran...
”terima kasih untuk kekecewaan & perih luka ini....”
... karena semua bukan hanya buka’kan mata butaku,
tapi juga tuntun aku menemukan jalan ”pulang”...”
Dak, 02.09
Akupun terlempar dari gapura kesucian,
Terlilit ketat dosa dan berkobar hangus dalam pelukan iblis jiwamu,
Smua ragu terjawab dgn terlambat...,
Tinggalkan diri dlm kepungan gelap dan tak lagi tau jalan pulang....
......
Hanya karena Rahmat-NYA lah langit membiru’i rapuh hati...
Dalam beratnya beban kecewa, nafas terhembus ringan,
Kesadaran’pun berbisik lewat ketidaksadaran...
”terima kasih untuk kekecewaan & perih luka ini....”
... karena semua bukan hanya buka’kan mata butaku,
tapi juga tuntun aku menemukan jalan ”pulang”...”
Dak, 02.09
Monday, February 16, 2009
NoDa ZamaN
Tembok tebal bersekongkol dengan iblis tuk tutupi lebatnya perdu dosa,
Hingga para pendosa terbelenggu rantai maksiat dan tak lagi sanggup akui dosa.
Kehinaanpun lahirkan kehinaan....
Bintik-bintik noda zaman lemahkan nafas nurani,
Kedengkian adalah tameng yang terus menutupi keimanan.
Ah,... mungkinkah nafsu telah mampu mendikte hati kita
dan mengubah keindahan menjadi kehinaan...
Dak, 02.09
Hingga para pendosa terbelenggu rantai maksiat dan tak lagi sanggup akui dosa.
Kehinaanpun lahirkan kehinaan....
Bintik-bintik noda zaman lemahkan nafas nurani,
Kedengkian adalah tameng yang terus menutupi keimanan.
Ah,... mungkinkah nafsu telah mampu mendikte hati kita
dan mengubah keindahan menjadi kehinaan...
Dak, 02.09
Monday, February 9, 2009
AkhiR
Kuncup dedaunan hijaui gersang savana hati,
Tiupan angin yg dipadu gerimis alunkan karya indah simpony alam,
Ratusan bias warna pelangi percantik senja hari ini.
Sempurna,...
Kubungkus dendam dengan kain kafan keikhlasan,
Dan menghanyutkannya dengan sisa air mata.
Satu kisahpun berakhir sudah.
Dak, 02.09
Tiupan angin yg dipadu gerimis alunkan karya indah simpony alam,
Ratusan bias warna pelangi percantik senja hari ini.
Sempurna,...
Kubungkus dendam dengan kain kafan keikhlasan,
Dan menghanyutkannya dengan sisa air mata.
Satu kisahpun berakhir sudah.
Dak, 02.09
SePi
Tak ada warna di dalam mendung kecuali kelam,
Tiupan anginpun datar dingin menggigit.
Dalam kebisuan perang dari hati yang sama2 membatu
Akulah yang kau paksa mengalah,
Membayar lunas perbedaan dengan menahan tusukan2 kecewa.
Dibatas cakrawala awan hitam lahirkan rintik
Lenggang, akupun melenggang gamang dalam gerimis,
Dibalut luka diselimuti sunyi.
Ah,... ternyata sepi itu juga indah...
Dak, 02.09
Tiupan anginpun datar dingin menggigit.
Dalam kebisuan perang dari hati yang sama2 membatu
Akulah yang kau paksa mengalah,
Membayar lunas perbedaan dengan menahan tusukan2 kecewa.
Dibatas cakrawala awan hitam lahirkan rintik
Lenggang, akupun melenggang gamang dalam gerimis,
Dibalut luka diselimuti sunyi.
Ah,... ternyata sepi itu juga indah...
Dak, 02.09
KoPi
Sipenikmat kopi pejamkan mata,
hirup wangi aroma arabika,
Seteguk hitam meluncur lambat,
Hangatkan lorong2 rongga dada.
Bawa nyaman setiap tarikan berat nafas.
Khayalpun terbang tinggi, gapai maya lampaui nyata...
Sipenikmat kopi ciumi kebebasan imajinasi,
Yang terangkul dari setiap tegukan, aroma, dan rasa pekatnya kafein.
Dak, 02.09
hirup wangi aroma arabika,
Seteguk hitam meluncur lambat,
Hangatkan lorong2 rongga dada.
Bawa nyaman setiap tarikan berat nafas.
Khayalpun terbang tinggi, gapai maya lampaui nyata...
Sipenikmat kopi ciumi kebebasan imajinasi,
Yang terangkul dari setiap tegukan, aroma, dan rasa pekatnya kafein.
Dak, 02.09
Monday, February 2, 2009
RemBulaN SepoTonG
Sepotong rembulan menebar cahaya,
Berkilau sinari hati yang dimabuk luka & penyesalan,
Bias warnanya menyulam imajinasi resah,
Tapi ketakutan bentangkan sayap ragunya,
Lalu menjauh pergi bersama nyanyian kemenangan iblis.
Sepotong rembulan sinari rapuh kalbu,
Sucikan pijakan langkah,
Tuntun kaki dekati sang kekasih,
Tepiskan risau galau hati...
” Bukankah telah kami lapangkan dada mu ” ( QS 94 : 1 )
Dak. 02.02.09
Berkilau sinari hati yang dimabuk luka & penyesalan,
Bias warnanya menyulam imajinasi resah,
Tapi ketakutan bentangkan sayap ragunya,
Lalu menjauh pergi bersama nyanyian kemenangan iblis.
Sepotong rembulan sinari rapuh kalbu,
Sucikan pijakan langkah,
Tuntun kaki dekati sang kekasih,
Tepiskan risau galau hati...
” Bukankah telah kami lapangkan dada mu ” ( QS 94 : 1 )
Dak. 02.02.09
SajaK sanG PenGhianaT
Sang penghianat tersenyum kantongi ribuan nafsu,
Dustanya mengalir banjiri gersang jiwa peragu,
Irama nafasnya ádalah tikaman belati,
Yang mengoyak tulus, hancurkan hati.
Sang penghianat bergetar nikmati kemenangan liar,
Mekarkan ratusan ribu kuntum nafsu,
Buahkan juta’an dosa dan penyesalan,
Membunuh mati jiwa para peragu buta.
………
Tapi,….
Sang penghianat lupa hukum keadilan-Nya,
Merasa mulia meski dibanjiri kutukan,
Sampai simalakama ranum terhidang untuknya,
Harumnya mantap menancap jiwa busuknya,
Ratapannya sehina tubuh dan otak kotornya.
Dak, 02.02.09
Dustanya mengalir banjiri gersang jiwa peragu,
Irama nafasnya ádalah tikaman belati,
Yang mengoyak tulus, hancurkan hati.
Sang penghianat bergetar nikmati kemenangan liar,
Mekarkan ratusan ribu kuntum nafsu,
Buahkan juta’an dosa dan penyesalan,
Membunuh mati jiwa para peragu buta.
………
Tapi,….
Sang penghianat lupa hukum keadilan-Nya,
Merasa mulia meski dibanjiri kutukan,
Sampai simalakama ranum terhidang untuknya,
Harumnya mantap menancap jiwa busuknya,
Ratapannya sehina tubuh dan otak kotornya.
Dak, 02.02.09
Thursday, January 29, 2009
SajaK sang WaKtu
Di mimpiku, laut begitu merah oleh amarah yang terbaur menyatu rata dengan darah.
Rasanya jadi bertambah asin diguyur hujanan airmata.
Sedang suara “maafmu” timbul tenggelam ditelan debur ombak dari kumpulan buih-buih luka yg kau toreh.
Detik terus berdetak, meski lamban waktu tetap berjalan.
Sementara diduniaku, malam tak pernah surut dan impian buruk itu terus ada di dalam kejayaannya yang merajam kejam kegelapan,
Sedang nyata hanyalah maya yang sesekali datang menyambangi.
Di takdirku, cinta adalah kasih sayang tulus, murni, penuh warna dan juga putih suci seperti kuntum-kuntum mekar melati.
Tapi di takdirku juga kau rubah cinta menjadi mimpi buruk yg penuh dengan luka, kebencian, dendam sekaligus penyesalan.
Demi waktu yang berputar dan melaju maju,…
aku akan bertahan menanti cahaya pagi.
Menguntai luka asa yang kau paksa ada,
Tautkan detik Demi detik dan bertahan lalui setiap gulungan waktu.
Sampai akhirnya kau mendidih di jerang karma.
Dan semua angkuhmu menguap hilang diterbangkan nyata.
Di antara reruntuhan impianku, ada asa tentang waktu.
Waktu yg kelak kikis habis amarah juga dendam.
Tamatkan malam dan bebaskan aku dari belenggu mimpi2 yg kau beri.
Dak 01.09
Rasanya jadi bertambah asin diguyur hujanan airmata.
Sedang suara “maafmu” timbul tenggelam ditelan debur ombak dari kumpulan buih-buih luka yg kau toreh.
Detik terus berdetak, meski lamban waktu tetap berjalan.
Sementara diduniaku, malam tak pernah surut dan impian buruk itu terus ada di dalam kejayaannya yang merajam kejam kegelapan,
Sedang nyata hanyalah maya yang sesekali datang menyambangi.
Di takdirku, cinta adalah kasih sayang tulus, murni, penuh warna dan juga putih suci seperti kuntum-kuntum mekar melati.
Tapi di takdirku juga kau rubah cinta menjadi mimpi buruk yg penuh dengan luka, kebencian, dendam sekaligus penyesalan.
Demi waktu yang berputar dan melaju maju,…
aku akan bertahan menanti cahaya pagi.
Menguntai luka asa yang kau paksa ada,
Tautkan detik Demi detik dan bertahan lalui setiap gulungan waktu.
Sampai akhirnya kau mendidih di jerang karma.
Dan semua angkuhmu menguap hilang diterbangkan nyata.
Di antara reruntuhan impianku, ada asa tentang waktu.
Waktu yg kelak kikis habis amarah juga dendam.
Tamatkan malam dan bebaskan aku dari belenggu mimpi2 yg kau beri.
Dak 01.09
Wednesday, January 28, 2009
BiNtanG Asa
PaGi
Bintang bersinar terangi gelap,
Lalu pekat tak lagi menakutkan.
Lewat mata malam iblis terus ikuti langkah,
Tapi ku tau malaikatNYA ada jaga aku.
Dan aku tau pagi ada disana menantiku...
Dak, 19.01.09
Lalu pekat tak lagi menakutkan.
Lewat mata malam iblis terus ikuti langkah,
Tapi ku tau malaikatNYA ada jaga aku.
Dan aku tau pagi ada disana menantiku...
Dak, 19.01.09
KaMu
Ketika kembali dijajah pesonamu,
Masa lalu tak lebih dari cerita.
Air mata maafmu adalah rintik candu yg mengalir membius rasa.
Mengganti sakit, keringkan luka.
Ketika bosanmu kembali hadir,
Sengaja atau tidak, kau sibak smua trik sesalmu.
Tancapkan luka baru tepat ditempat yg lama.
Lalu asal, kau minta aku lupakan mu....
Hampa adalah kado abadi yang kau beri,
Yg slalu menyapaku setiap pagi,
Dan temaniku habiskan hari.
Tapi sungguh, aku tak bisa mengganti rasa ini,
dengan kebencian ataupun dendam.
Karna sungguh, kau mengikat mati akalku
dengan pengertian akan rumitnya kenyataan.
Dak. 19.01.09
Masa lalu tak lebih dari cerita.
Air mata maafmu adalah rintik candu yg mengalir membius rasa.
Mengganti sakit, keringkan luka.
Ketika bosanmu kembali hadir,
Sengaja atau tidak, kau sibak smua trik sesalmu.
Tancapkan luka baru tepat ditempat yg lama.
Lalu asal, kau minta aku lupakan mu....
Hampa adalah kado abadi yang kau beri,
Yg slalu menyapaku setiap pagi,
Dan temaniku habiskan hari.
Tapi sungguh, aku tak bisa mengganti rasa ini,
dengan kebencian ataupun dendam.
Karna sungguh, kau mengikat mati akalku
dengan pengertian akan rumitnya kenyataan.
Dak. 19.01.09
poem 2008
Sang PreDatoR
Aku menari ikuti liukan nada pilu seruling bambu,
Larut dalam dawai sunyi reruntuhan mimpi,
Sesekali tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.
Sementara dalam keruh tenang,
Predatorku kembali terpekur “nyaman” di dasar rawa
Teteskan liur beku sedingin pekatnya nafsu
Mematung menunggu “aku” yang lain…
Dalam rancak acak tarianku,
Kau bisikan bayangan nyatamu lewat angin yg menderu perih ketelinga,
“ menarilah sayang, lupakan semua harapan tololmu !!!
Karena akulah sang predator dan karma bukanlah bagian dari takdirku “
Aku terus menari menata kaki ayunkan jemari,
Tersihir irama luka buaian seruling bambu
Lahirkan galau yg lengkapi kisah dlm bingkai buntu waktu
Karena ½ dari takdirmu adalah takdirku.
………
Kuikat warna kelam pada selendang impian yg pernah kau beri
Lalu tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.
Dak 12.08
CinTa
Kuberikan hati & setiaku hanya untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta perangkapnya
malah membuatku terus terjaga dalam derita…
Lalu kupupuk benci & dendam untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta kenyataannya
malah smakin menguatkan rasa sayang yg terlanjur ada.
Duhai,…
Bukankah cinta itu seputih & semurni ketulusan rasa ?!
Lalu mengapa dia menyelimutiku dengan debu keraguan
yang begitu tebal.
Dan mengubah sang waktu menjadi samurai tajam
yang menikam tepat di jantung takutku.
Duhai,…
Bawalah jauh cinta ini dari fananya hidup.
Karna kulelah & muak mencium bau kepercayaan
yang dihembuskan oleh tipuan khayal cinta.
Dan sisakan bayangan pucat wajah takdir
yang menyeretku pada nisan kematian rasa.
Dak 12.08
Nyata
Nyatalah yg kini tengah memelukku erat,
Mencengkeram matinya rasa & menampar kesadaran.
Tapi nyata jugalah yg membawaku pada lingkaran hidup ini
yg terus tuntún aku untuk berputar kembali pada mu.
Nyatalah yg membawa semu ini bergulir,
Hidup hanya bias dari pengingkaran akan hidup.
Nyata jugalah yg membawa “setia” pada kutukan.
Tinggalkan denting sunyi yg mengoyak melodi keagungan cinta.
Ya,… inilah nyata itu
Akulah tawanan takdirmu…
Dak. 12.08
Hiduplah di hidupku
Bicaralah semaumu
Bercelotehlah apa saja…
Dan aku akan setia mendengar.
Berulahlah semaumu,
Biarkan senyum, jengkel juga marah & tawaku terumbar
Dan aku akan berterima kasih untuk semua.
Berbagilah denganku sedikit saja dari hidupmu
Akan ku nikmati hidup dan kuingkari semua luka
Jadilah teman sekaligus malaikat di hidupku.
Dak. 12.08
Kubangan LarA
Senja beranjak,…
Jutaan detik bergulir lambat dalam remang malam
Impian yg kau janjikan tak jua menyambangi
Dalam dekapan luka & gelapnya malam,
cahaya tinggalah roncean asa yg mengering lusuh
Membuat langkah makin tersesat dalam pekat dustamu
( Andai saja ikhlas itu ada …..
Pasti sudah kulewati malam meski dgn hujanan air mata,
Pasti sudah kutatap fajar meski dgn ½ keyakinan )
Dalam lingkaran kehidupanku,
Ada tempat dimana luka abadi dalam kubangan lara.
Dimana kesetiaan tersalib kepalsuan cinta….
Dak, 11.08
Berdamai DgN TakdiR
Ku dekap luka dan mulai berdamai dengan takdir,
Coba muntahkan semua rasa,
Akhirnya perlahan beban ini terurai....
( bukankah hal utama terlatak pd akhir ? )
Bayang2 ketakutan masih nyata bergelantungan di kaki perih,
Sementara diujung kalutku, kau terus sunggingkan senyuman,
Begitu khusu kau nikmati ratapan dalam diamku...
( bukankah "diam" juga menyimpan suara ? )
Tapi semua memang belum benar2 berakhir,
Dan dalam diamku, kupenuhi hidupmu dengan kutukan.
Kudekap luka dan berdamai dengan takdir,
Ada keyakinan yg terus berdengung direruntuhan asa,
Pada akhirnya kelak smua kutukan menjadi doadan smua beban terurai sempurna.
Dak, 10.08
SesaL
Di Ujung pantai senja tak jua bergeming,
Tebarkan jingga kelam kemanapun kepala tengadah,
Rintik hujan membuat buih smakin berbusa,
Dipinggir karang, tetesan samudra menghantam tajam…
Aku berteriak dalam kebisuan yg mereka bilang lugu,
Tantang luka basahi perih,
Aku menangis mengenang semua…
Kucurkan sesal yg berkali-kali membunuh jiwa mati ini.
Dak, 10.08
KitA
Kita sepasang berjalan menuju pantai
Tersihir warna warni sempurna sang senja
Berlari tanpa arah & alas di hamparan pasir berkerikil
Kita sepasang berdiri gamang menanti badai
Dibibir pantai yg dipenuhi ratusan ribu aturan
Sekarat,… menunggu ajal ditemani penghianatan & pengampunan
Kita sepasang saling tatap teriaki takdir
Membayar mahal harga sebuah perbedaan
Gadaikan rasa jadi budak ketidakberdayaan
Kita sepasang melangkah gontai dekati malam
Lepaskan genggaman menuju kekegelapan….
Dak, 06.08
KangeN
Aku kangen,…
Tapi ikatan luka yg membelenggu hati dgn simpul mati ketakberdayaan,
Memaksaku untuk menjadi munafiq
Dan menelan rasa ini sendirian.
Aku kangen,…
Berada dalam dekapan cintamu
Yang membawaku pada permainan abu-abu
Dimana hitam dan putih tersamarkan rata.
Aku kangen,…
Pada hati yang telah menghancurkan hatiku.
Dak, 06.08
Kisah Kita
Malam berlalu,
Tapi kisah kita masih juga belum berakhir.
D’javu mimpi yang terus berulang
Menjerat & mengikatku pada tiang takdirmu yg gelap.
Senja adalah gerbang tempatku terpaku teteskan lara
Mematung dalam luka & ketakutan
Untuk setiap keingkaranmu....
Kupenuhi hatimu dengan kutukan
Malam-malam terus berlalu,
Tidak ada TAMAT untuk kisah kita.
Jakarta, 07.08
BeRTaHaN
Mungkin karena lukalah aku bertahan,
Ada asa untuk setiap tetes darah & nanahnya.
Yang mencengkeram erat kematian rasa
Dan bara yang kau sulut,… tak kan pernah padam oleh ketakberdayaan.
Mungkin karena ketakberdayaan jugalah aku bertahan,
Ada banyak doa & penyesalan untuk setiap tetes air mata.
Beban ini begitu berat & menenggelamkan aku pd lautan yg sama.
Menjadikan aku tawanan takdirmu yg hina & gelap.
Kamu paksa aku menopang beban ini slamanya,…
Tapi DIA tidak akan meninggalkan aku dlm kebodohan & ketidakadilan.
Yang pasti hanya atas kehendakNYAlah aku bertahan…
Dak, 19.02.08
PejaLaN
Aku pejalan,
Kutapaki garis takdir hidupku
Setiap langkah adalah rahmat
Sempat langkahku terhenti
Saat kau ketuk palu lalu pergi,
Tinggalkan smua mimpi yg kau beri
Tapi aku adalah pejalan,
Dan aku akan terus melangkah maju
Sampai batas garis takdir ku
Dak, 04.08
KePeRgIaN
Senja itu senja tidak lagi jingga kemerahan,…
Tamparan petir mengubahnya berwarna kelam.
Dan aku, Aku berada tepat disisinya saat tiba-tiba semua berakhir,
Penderitaan & kesakitannya berakhir,…
Kecemasan & ketakutannya berakhir…
Dia tersenyum dalam kedamaian yang menjemputnya,
Meninggalkan aku dengan semua rasa ini.
Aku berbisik lembut ditelinganya meredam perih yg tiba-tiba mendera.
Aku mohon agar dia mau memaafkan aku,
Untuk ketakberdayaanku mengupayakan yang terbaik di hidupnya,
Untuk luka yg ku buat disakitnya,
Untuk kekecewaan & kecemasan yang ku bawa di kehidupannya,
Untuk kedatanganmu yg menikam pedih kejantung lemahnya,
Dalam kebisuannya dia tersenyum lembut,…
Aku terus berbisik dan memohon,…
Agar dia mau membuka matanya dan membalas peluk ciumku,
Aku berjanji untuk tdk rapuh lagi & slalu kuat dalam keadaan apapun.
Aku juga menjanjikan banyak hal....
Tapi dia tetap diam.
Bahkan saat aku mulai berteriak memanggil-manggil namanya
Menangis dan memohon….
Terus memohon….
Dia tetap diam ,…
Hanya suara hujan diluar sana yang menjawab semua permohonanku.
Dalam diamnya dia bebas dari semua beban yang menghimpitnya.
Dalam lelah lirih aku berbisik…
Nda,… mengapa tinggalkan aku dengan semua ini ?
Dak, 01.08
Aku menari ikuti liukan nada pilu seruling bambu,
Larut dalam dawai sunyi reruntuhan mimpi,
Sesekali tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.
Sementara dalam keruh tenang,
Predatorku kembali terpekur “nyaman” di dasar rawa
Teteskan liur beku sedingin pekatnya nafsu
Mematung menunggu “aku” yang lain…
Dalam rancak acak tarianku,
Kau bisikan bayangan nyatamu lewat angin yg menderu perih ketelinga,
“ menarilah sayang, lupakan semua harapan tololmu !!!
Karena akulah sang predator dan karma bukanlah bagian dari takdirku “
Aku terus menari menata kaki ayunkan jemari,
Tersihir irama luka buaian seruling bambu
Lahirkan galau yg lengkapi kisah dlm bingkai buntu waktu
Karena ½ dari takdirmu adalah takdirku.
………
Kuikat warna kelam pada selendang impian yg pernah kau beri
Lalu tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.
Dak 12.08
CinTa
Kuberikan hati & setiaku hanya untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta perangkapnya
malah membuatku terus terjaga dalam derita…
Lalu kupupuk benci & dendam untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta kenyataannya
malah smakin menguatkan rasa sayang yg terlanjur ada.
Duhai,…
Bukankah cinta itu seputih & semurni ketulusan rasa ?!
Lalu mengapa dia menyelimutiku dengan debu keraguan
yang begitu tebal.
Dan mengubah sang waktu menjadi samurai tajam
yang menikam tepat di jantung takutku.
Duhai,…
Bawalah jauh cinta ini dari fananya hidup.
Karna kulelah & muak mencium bau kepercayaan
yang dihembuskan oleh tipuan khayal cinta.
Dan sisakan bayangan pucat wajah takdir
yang menyeretku pada nisan kematian rasa.
Dak 12.08
Nyata
Nyatalah yg kini tengah memelukku erat,
Mencengkeram matinya rasa & menampar kesadaran.
Tapi nyata jugalah yg membawaku pada lingkaran hidup ini
yg terus tuntún aku untuk berputar kembali pada mu.
Nyatalah yg membawa semu ini bergulir,
Hidup hanya bias dari pengingkaran akan hidup.
Nyata jugalah yg membawa “setia” pada kutukan.
Tinggalkan denting sunyi yg mengoyak melodi keagungan cinta.
Ya,… inilah nyata itu
Akulah tawanan takdirmu…
Dak. 12.08
Hiduplah di hidupku
Bicaralah semaumu
Bercelotehlah apa saja…
Dan aku akan setia mendengar.
Berulahlah semaumu,
Biarkan senyum, jengkel juga marah & tawaku terumbar
Dan aku akan berterima kasih untuk semua.
Berbagilah denganku sedikit saja dari hidupmu
Akan ku nikmati hidup dan kuingkari semua luka
Jadilah teman sekaligus malaikat di hidupku.
Dak. 12.08
Kubangan LarA
Senja beranjak,…
Jutaan detik bergulir lambat dalam remang malam
Impian yg kau janjikan tak jua menyambangi
Dalam dekapan luka & gelapnya malam,
cahaya tinggalah roncean asa yg mengering lusuh
Membuat langkah makin tersesat dalam pekat dustamu
( Andai saja ikhlas itu ada …..
Pasti sudah kulewati malam meski dgn hujanan air mata,
Pasti sudah kutatap fajar meski dgn ½ keyakinan )
Dalam lingkaran kehidupanku,
Ada tempat dimana luka abadi dalam kubangan lara.
Dimana kesetiaan tersalib kepalsuan cinta….
Dak, 11.08
Berdamai DgN TakdiR
Ku dekap luka dan mulai berdamai dengan takdir,
Coba muntahkan semua rasa,
Akhirnya perlahan beban ini terurai....
( bukankah hal utama terlatak pd akhir ? )
Bayang2 ketakutan masih nyata bergelantungan di kaki perih,
Sementara diujung kalutku, kau terus sunggingkan senyuman,
Begitu khusu kau nikmati ratapan dalam diamku...
( bukankah "diam" juga menyimpan suara ? )
Tapi semua memang belum benar2 berakhir,
Dan dalam diamku, kupenuhi hidupmu dengan kutukan.
Kudekap luka dan berdamai dengan takdir,
Ada keyakinan yg terus berdengung direruntuhan asa,
Pada akhirnya kelak smua kutukan menjadi doadan smua beban terurai sempurna.
Dak, 10.08
SesaL
Di Ujung pantai senja tak jua bergeming,
Tebarkan jingga kelam kemanapun kepala tengadah,
Rintik hujan membuat buih smakin berbusa,
Dipinggir karang, tetesan samudra menghantam tajam…
Aku berteriak dalam kebisuan yg mereka bilang lugu,
Tantang luka basahi perih,
Aku menangis mengenang semua…
Kucurkan sesal yg berkali-kali membunuh jiwa mati ini.
Dak, 10.08
KitA
Kita sepasang berjalan menuju pantai
Tersihir warna warni sempurna sang senja
Berlari tanpa arah & alas di hamparan pasir berkerikil
Kita sepasang berdiri gamang menanti badai
Dibibir pantai yg dipenuhi ratusan ribu aturan
Sekarat,… menunggu ajal ditemani penghianatan & pengampunan
Kita sepasang saling tatap teriaki takdir
Membayar mahal harga sebuah perbedaan
Gadaikan rasa jadi budak ketidakberdayaan
Kita sepasang melangkah gontai dekati malam
Lepaskan genggaman menuju kekegelapan….
Dak, 06.08
KangeN
Aku kangen,…
Tapi ikatan luka yg membelenggu hati dgn simpul mati ketakberdayaan,
Memaksaku untuk menjadi munafiq
Dan menelan rasa ini sendirian.
Aku kangen,…
Berada dalam dekapan cintamu
Yang membawaku pada permainan abu-abu
Dimana hitam dan putih tersamarkan rata.
Aku kangen,…
Pada hati yang telah menghancurkan hatiku.
Dak, 06.08
Kisah Kita
Malam berlalu,
Tapi kisah kita masih juga belum berakhir.
D’javu mimpi yang terus berulang
Menjerat & mengikatku pada tiang takdirmu yg gelap.
Senja adalah gerbang tempatku terpaku teteskan lara
Mematung dalam luka & ketakutan
Untuk setiap keingkaranmu....
Kupenuhi hatimu dengan kutukan
Malam-malam terus berlalu,
Tidak ada TAMAT untuk kisah kita.
Jakarta, 07.08
BeRTaHaN
Mungkin karena lukalah aku bertahan,
Ada asa untuk setiap tetes darah & nanahnya.
Yang mencengkeram erat kematian rasa
Dan bara yang kau sulut,… tak kan pernah padam oleh ketakberdayaan.
Mungkin karena ketakberdayaan jugalah aku bertahan,
Ada banyak doa & penyesalan untuk setiap tetes air mata.
Beban ini begitu berat & menenggelamkan aku pd lautan yg sama.
Menjadikan aku tawanan takdirmu yg hina & gelap.
Kamu paksa aku menopang beban ini slamanya,…
Tapi DIA tidak akan meninggalkan aku dlm kebodohan & ketidakadilan.
Yang pasti hanya atas kehendakNYAlah aku bertahan…
Dak, 19.02.08
PejaLaN
Aku pejalan,
Kutapaki garis takdir hidupku
Setiap langkah adalah rahmat
Sempat langkahku terhenti
Saat kau ketuk palu lalu pergi,
Tinggalkan smua mimpi yg kau beri
Tapi aku adalah pejalan,
Dan aku akan terus melangkah maju
Sampai batas garis takdir ku
Dak, 04.08
KePeRgIaN
Senja itu senja tidak lagi jingga kemerahan,…
Tamparan petir mengubahnya berwarna kelam.
Dan aku, Aku berada tepat disisinya saat tiba-tiba semua berakhir,
Penderitaan & kesakitannya berakhir,…
Kecemasan & ketakutannya berakhir…
Dia tersenyum dalam kedamaian yang menjemputnya,
Meninggalkan aku dengan semua rasa ini.
Aku berbisik lembut ditelinganya meredam perih yg tiba-tiba mendera.
Aku mohon agar dia mau memaafkan aku,
Untuk ketakberdayaanku mengupayakan yang terbaik di hidupnya,
Untuk luka yg ku buat disakitnya,
Untuk kekecewaan & kecemasan yang ku bawa di kehidupannya,
Untuk kedatanganmu yg menikam pedih kejantung lemahnya,
Dalam kebisuannya dia tersenyum lembut,…
Aku terus berbisik dan memohon,…
Agar dia mau membuka matanya dan membalas peluk ciumku,
Aku berjanji untuk tdk rapuh lagi & slalu kuat dalam keadaan apapun.
Aku juga menjanjikan banyak hal....
Tapi dia tetap diam.
Bahkan saat aku mulai berteriak memanggil-manggil namanya
Menangis dan memohon….
Terus memohon….
Dia tetap diam ,…
Hanya suara hujan diluar sana yang menjawab semua permohonanku.
Dalam diamnya dia bebas dari semua beban yang menghimpitnya.
Dalam lelah lirih aku berbisik…
Nda,… mengapa tinggalkan aku dengan semua ini ?
Dak, 01.08
poem 2007
“Beda”
Aku terjajar,
Terdiam di sudut kehampaan.
Bukankah Cinta itu adalah Pelangi penuh warna
Senja dengan semburat jingga sempurna
Tapi mengapa dlm dekapan kami hanya ada 2 warna sama
Hitam,
Dan hitam.
Aku terjajar,
Terjatuh ditampar kenyataan
Begitu mahal harga yg sudah kami bayar
Untuk menjadi tidak munafiq seperti sekarang
Entah berapa lagi yang harus kami keluarkan
Untuk bisa tetap bersama menjaga rasa.
Aku terjajar,
Bersimpuh dalam ketakberdayaan
TUHAN, akankah kami sanggup melunasinya
Harga dari sebuah “perbedaan”
Jakarta, Maret 2006
“Batas”
Pada batas penantian.
Aku lelah,..
Bersandar pada dinding keyakinan.
Yang kian menipis dikikis waktu
Pada batas penantian
Ada sesal dalam diam
Yang membuatku terpuruk dalam kesunyian
Menanti asa yang pernah kau samarkan
Pada batas penantian
Banyak tangis yang harus kuredam
Banyak luka yang harus kusembunyikan
Untuk setiap kenangan yang kau sisipkan
Pada batas penantian
Adakah kau dengar rintih kesangsian
Atas kesetiaan yang mulai memudar
Diterpa ribuan malam pergantian.
Jakarta, Maret 2007
“Maaf”
Demi kebaikan & masa depan,..
Patutkah aku mencairkan hati dengan melupakan “semua”…
Lalu, bagaimana aku belajar dari kebodohan & kenaifanku ?
Beribu maaf yang pernah kau mohon,
Beribu maaf yang pernah kuberikan,
Tak pernah memiliki arti
Karena disetiap maaf aku selalu melupakan kesalahan
Kali ini ijinkan aku yang memohon maaf
Karena tak kuasa lagi menerima hujanan kecewa yang kau beri,
Terpancing perih dan membuka semua luka
Ribuan cerita yang terlanjur ada dan kau ukir perih
Ribuan kisah yang membawaku pada ketakberdayaan
Tidak membuatku mengerti arti “cinta” yg dulu kau tanamkan
Juga cinta tulus yg pernah kurasa dan kini mulai mengikis…
Ah,…andai saja bisa,
Akan kubagi setiap bagian dari cerita kita
GRATIS kepada siapapun yg ingin mendengar sampai habis taktersisa
Demi kebaikan dan masa depan,…
Mampukah aku mencairkan hati untuk melupakanmu ?
Jakarta, Juni 2007
“ LAra “
Senja terlewati dengan secangkir kopi panas,
Gemericik hujan, dan untaian kata penyesalan
yang kau kalungkan abadi di ingatanku
Hangat,…
Kau pahat hatiku dengan asa tanpa batas
Setiap kata adalah sihir berselimut puisi
Lalu aku lupakan semua luka, sakit & penghianatan
…
Dingin,…
Kembali kau rampas “hidup” dalam kehidupanku
Kali ini dgn luka yg membebani setiap helaan nafasku
Seringai kemenanganmu membayangi setiap langkahku
Katamu “ aku memang BAJINGAN, dan kamu tau itu… “
Lara tercabik,
Nurani menjerit meratapi nasip, takdir & hidup
Kenyataan adalah duri yang menari liar diatas luka
Jakarta, Agustus 2007
“BuNdA”
Nda,….
Mata air, air mata ini tak akan berhenti mengalir
Bunga-bunga kecewa akan selalu menebarkan wangi lara
Bila engkau masih terus mencuri tatap & meneteskan perih
Nda,…
Hidup ini adalah bagian dari kehidupanmu
Tapi takdir ini adalah milikku sendiri
Kesakitan ini adalah bagian kisah yang harus aku jalani
Nda,…
Jangan tangisi kehidupanku
Jangan sesali aku dalam hidupmu….
Jakarta, Agustus 2007
Keluhan’ku
Dalam diam aku terus mengeluh.
Ribuan aksara membanjiri sungai batinku.
Sebagian menggenangi hatiku yang koyak.
Sebagian lagi menjadi kubangan luka yg mengendap di kepala.
Ini aku yg bertahan lugu didekap fatamorgana cintamu.
Kuhakimi kebodohan dan ketakberdayaanku.
Dengan air mata penyesalan,
Kualiri ladang dendam yg kau tanam dari bibit penghianatanmu.
Ah,…andai saja sanggup dan mampu
Pasti sudah ku janjikan luka untuk kau yg telah melukai,
Pasti sudah ku berikan penghianatan untuk seorang “penghianat”,
Tapi aku,…
Aku hanya mampu mengeluh dalam diam
Tenggelam dalam timbunan kecewa.
Dak, 11.07
Dalam Keluhanku
Dalam keluhanku, ku tau DIA mendengar…
Ku dekap kedekatanku padaNYA
DIA yang selalu ada diantara aku & serpihan hatiku
Dalam keluhanku, ku tahu DIA tidak marah
Meski banyak kupertanyakan “dimana keadilan itu…”
Meski aku begitu rapuh & memohon banyak hal
Dalam keluhanku, ku tau DIA tidak tinggal diam
Karena ku percaya hukum keadilanNYA
Dan kau akan tetap hidup untuk membayar semua
Dalam keluhanku, ku tau DIA mengerti aku
Ku percayakan rencanaNYA atas hidupku
Karena DIAlah sebaik-baiknya pembuat rencana
Pada kehendakNYA kuyakin semua kesakitanku sirnah.
Dak, 11.07
LukA
Karena cinta, luka, & sejuta rasa yang kau racik sempurna
pada cawan takdirkulah aku bertahan,…
Berselimut kepercayaan & asa, ku hadapi derasnya kekecewaan
Seperti akar rumput liar di tengah kemarau tanpa ujung
Aku tidak hidup, juga tidak mati….
Pastilah maut sangat menyayangiku hingga masih aku disini
Meski kini kau ada diantara asa yg ingin ku gapai sekaligus ingin kulupakan
Seperti senja yg tak pernah beranjak malam
Lukaku menguat dan membentuk dendam pilu
Karmamu, apa itu arti aku bertahan ?
Bang,…
Perbedaan kita apa juga sebuah kesalahan ?
Memaafkan & terus mengerti kamu, apa sebuah kesalahan ?
Lalu,… mengapa kau beri cinta & impian semu
Mengapa kau tumpahkan airmata ku & pergi menjauh
Dak, 08.07
KepaLsuaN
Kau bawa aku pada jalan ini
Begitu terjal dan membuat banyak luka
Kau terus memeluk ku dengan kepalsuan yang kupercaya,…
Bukankah telah ku bayar “impianmu” dengan hidupku ?
Bukankah telah ku lunasi “asa mu” dengan takdirku ?
Kau campakkan aku di jalan ini
Setelah semua terkorbankan
Masih juga kau siksa aku dengan jutaan sesal
& segudang dosa yg kau tinggalkan
Dak, 09.07
Aku terjajar,
Terdiam di sudut kehampaan.
Bukankah Cinta itu adalah Pelangi penuh warna
Senja dengan semburat jingga sempurna
Tapi mengapa dlm dekapan kami hanya ada 2 warna sama
Hitam,
Dan hitam.
Aku terjajar,
Terjatuh ditampar kenyataan
Begitu mahal harga yg sudah kami bayar
Untuk menjadi tidak munafiq seperti sekarang
Entah berapa lagi yang harus kami keluarkan
Untuk bisa tetap bersama menjaga rasa.
Aku terjajar,
Bersimpuh dalam ketakberdayaan
TUHAN, akankah kami sanggup melunasinya
Harga dari sebuah “perbedaan”
Jakarta, Maret 2006
“Batas”
Pada batas penantian.
Aku lelah,..
Bersandar pada dinding keyakinan.
Yang kian menipis dikikis waktu
Pada batas penantian
Ada sesal dalam diam
Yang membuatku terpuruk dalam kesunyian
Menanti asa yang pernah kau samarkan
Pada batas penantian
Banyak tangis yang harus kuredam
Banyak luka yang harus kusembunyikan
Untuk setiap kenangan yang kau sisipkan
Pada batas penantian
Adakah kau dengar rintih kesangsian
Atas kesetiaan yang mulai memudar
Diterpa ribuan malam pergantian.
Jakarta, Maret 2007
“Maaf”
Demi kebaikan & masa depan,..
Patutkah aku mencairkan hati dengan melupakan “semua”…
Lalu, bagaimana aku belajar dari kebodohan & kenaifanku ?
Beribu maaf yang pernah kau mohon,
Beribu maaf yang pernah kuberikan,
Tak pernah memiliki arti
Karena disetiap maaf aku selalu melupakan kesalahan
Kali ini ijinkan aku yang memohon maaf
Karena tak kuasa lagi menerima hujanan kecewa yang kau beri,
Terpancing perih dan membuka semua luka
Ribuan cerita yang terlanjur ada dan kau ukir perih
Ribuan kisah yang membawaku pada ketakberdayaan
Tidak membuatku mengerti arti “cinta” yg dulu kau tanamkan
Juga cinta tulus yg pernah kurasa dan kini mulai mengikis…
Ah,…andai saja bisa,
Akan kubagi setiap bagian dari cerita kita
GRATIS kepada siapapun yg ingin mendengar sampai habis taktersisa
Demi kebaikan dan masa depan,…
Mampukah aku mencairkan hati untuk melupakanmu ?
Jakarta, Juni 2007
“ LAra “
Senja terlewati dengan secangkir kopi panas,
Gemericik hujan, dan untaian kata penyesalan
yang kau kalungkan abadi di ingatanku
Hangat,…
Kau pahat hatiku dengan asa tanpa batas
Setiap kata adalah sihir berselimut puisi
Lalu aku lupakan semua luka, sakit & penghianatan
…
Dingin,…
Kembali kau rampas “hidup” dalam kehidupanku
Kali ini dgn luka yg membebani setiap helaan nafasku
Seringai kemenanganmu membayangi setiap langkahku
Katamu “ aku memang BAJINGAN, dan kamu tau itu… “
Lara tercabik,
Nurani menjerit meratapi nasip, takdir & hidup
Kenyataan adalah duri yang menari liar diatas luka
Jakarta, Agustus 2007
“BuNdA”
Nda,….
Mata air, air mata ini tak akan berhenti mengalir
Bunga-bunga kecewa akan selalu menebarkan wangi lara
Bila engkau masih terus mencuri tatap & meneteskan perih
Nda,…
Hidup ini adalah bagian dari kehidupanmu
Tapi takdir ini adalah milikku sendiri
Kesakitan ini adalah bagian kisah yang harus aku jalani
Nda,…
Jangan tangisi kehidupanku
Jangan sesali aku dalam hidupmu….
Jakarta, Agustus 2007
Keluhan’ku
Dalam diam aku terus mengeluh.
Ribuan aksara membanjiri sungai batinku.
Sebagian menggenangi hatiku yang koyak.
Sebagian lagi menjadi kubangan luka yg mengendap di kepala.
Ini aku yg bertahan lugu didekap fatamorgana cintamu.
Kuhakimi kebodohan dan ketakberdayaanku.
Dengan air mata penyesalan,
Kualiri ladang dendam yg kau tanam dari bibit penghianatanmu.
Ah,…andai saja sanggup dan mampu
Pasti sudah ku janjikan luka untuk kau yg telah melukai,
Pasti sudah ku berikan penghianatan untuk seorang “penghianat”,
Tapi aku,…
Aku hanya mampu mengeluh dalam diam
Tenggelam dalam timbunan kecewa.
Dak, 11.07
Dalam Keluhanku
Dalam keluhanku, ku tau DIA mendengar…
Ku dekap kedekatanku padaNYA
DIA yang selalu ada diantara aku & serpihan hatiku
Dalam keluhanku, ku tahu DIA tidak marah
Meski banyak kupertanyakan “dimana keadilan itu…”
Meski aku begitu rapuh & memohon banyak hal
Dalam keluhanku, ku tau DIA tidak tinggal diam
Karena ku percaya hukum keadilanNYA
Dan kau akan tetap hidup untuk membayar semua
Dalam keluhanku, ku tau DIA mengerti aku
Ku percayakan rencanaNYA atas hidupku
Karena DIAlah sebaik-baiknya pembuat rencana
Pada kehendakNYA kuyakin semua kesakitanku sirnah.
Dak, 11.07
LukA
Karena cinta, luka, & sejuta rasa yang kau racik sempurna
pada cawan takdirkulah aku bertahan,…
Berselimut kepercayaan & asa, ku hadapi derasnya kekecewaan
Seperti akar rumput liar di tengah kemarau tanpa ujung
Aku tidak hidup, juga tidak mati….
Pastilah maut sangat menyayangiku hingga masih aku disini
Meski kini kau ada diantara asa yg ingin ku gapai sekaligus ingin kulupakan
Seperti senja yg tak pernah beranjak malam
Lukaku menguat dan membentuk dendam pilu
Karmamu, apa itu arti aku bertahan ?
Bang,…
Perbedaan kita apa juga sebuah kesalahan ?
Memaafkan & terus mengerti kamu, apa sebuah kesalahan ?
Lalu,… mengapa kau beri cinta & impian semu
Mengapa kau tumpahkan airmata ku & pergi menjauh
Dak, 08.07
KepaLsuaN
Kau bawa aku pada jalan ini
Begitu terjal dan membuat banyak luka
Kau terus memeluk ku dengan kepalsuan yang kupercaya,…
Bukankah telah ku bayar “impianmu” dengan hidupku ?
Bukankah telah ku lunasi “asa mu” dengan takdirku ?
Kau campakkan aku di jalan ini
Setelah semua terkorbankan
Masih juga kau siksa aku dengan jutaan sesal
& segudang dosa yg kau tinggalkan
Dak, 09.07
Khayal Nyata
Kupeluk dia dalam khayal nyata.
Luruh dalam rasa yg membuncah raga.
Dan angin hanya perdengarkan dentingan terindah,
Dalam diam mu mengalir senandung rindu yg begitu merdu.
Sungguh, aku hanya bisa menikmatinya dengan air mata…
Dipangkuanmu aku jatuhkan semua lelah,
Berharap waktu terhenti mati.
Nda, andai khayal ini nyata,……
----------
00:23
Ku basuh tubuh dari kotornya jiwa,
Kenakan putih tutupi hina.
Rebahkan angkuh jatuh bersujud di hadapan-MU.
00:23
Diatas satu-satunya harapan yg tertinggal,
Kubalut jiwa rapuhku dgn untaian doa suci,
Lalu gemetar paparkan resah atas setumpuk sesal.
00:54
Kubasuh wajah tutup doa penuh dgn rasa sesak perih tak terkira.
Rabb, ikhlaskan aku atas kepergiannya…
Dak, 01.01.09
Luruh dalam rasa yg membuncah raga.
Dan angin hanya perdengarkan dentingan terindah,
Dalam diam mu mengalir senandung rindu yg begitu merdu.
Sungguh, aku hanya bisa menikmatinya dengan air mata…
Dipangkuanmu aku jatuhkan semua lelah,
Berharap waktu terhenti mati.
Nda, andai khayal ini nyata,……
----------
00:23
Ku basuh tubuh dari kotornya jiwa,
Kenakan putih tutupi hina.
Rebahkan angkuh jatuh bersujud di hadapan-MU.
00:23
Diatas satu-satunya harapan yg tertinggal,
Kubalut jiwa rapuhku dgn untaian doa suci,
Lalu gemetar paparkan resah atas setumpuk sesal.
00:54
Kubasuh wajah tutup doa penuh dgn rasa sesak perih tak terkira.
Rabb, ikhlaskan aku atas kepergiannya…
Dak, 01.01.09
Tuesday, January 27, 2009
CiNtA
Kuberikan hati & setiaku hanya untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta perangkapnya
malah membuatku terus terjaga dalam derita…
Lalu kupupuk benci & dendam untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta kenyataannya
malah smakin menguatkan rasa sayang yg terlanjur ada.
Duhai,…
Bukankah cinta itu seputih & semurni ketulusan rasa ?!
Lalu mengapa dia menyelimutiku dengan debu keraguan
yang begitu tebal.
Dan mengubah sang waktu menjadi samurai tajam
yang menikam tepat di jantung takutku.
Duhai,…
Bawalah jauh cinta ini dari fananya hidup.
Karna kulelah & muak mencium bau kepercayaan
yang dihembuskan oleh tipuan khayal cinta.
Dan sisakan bayangan pucat wajah takdir
yang menyeretku pada nisan kematian rasa.
Dak 12.08
SanG PreDatoR
Aku menari ikuti liukan nada pilu seruling bambu,
Larut dalam dawai sunyi reruntuhan mimpi,
Sesekali tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.
Sementara dalam keruh tenang,
Predatorku kembali terpekur “nyaman” di dasar rawa
Teteskan liur beku sedingin pekatnya nafsu
Mematung menunggu “aku” yang lain…
Dalam rancak acak tarianku,
Kau bisikan bayangan nyatamu lewat angin yg menderu perih ketelinga,
“ menarilah sayang, lupakan semua harapan tololmu !!!
Karena akulah sang predator dan karma bukanlah bagian dari takdirku “
Aku terus menari menata kaki ayunkan jemari,
Tersihir irama luka buaian seruling bambu
Lahirkan galau yg lengkapi kisah dlm bingkai buntu waktu
Karena ½ dari takdirmu adalah takdirku.
………
Kuikat warna kelam pada selendang impian yg pernah kau beri
Lalu tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.
Dak 12.08
Larut dalam dawai sunyi reruntuhan mimpi,
Sesekali tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.
Sementara dalam keruh tenang,
Predatorku kembali terpekur “nyaman” di dasar rawa
Teteskan liur beku sedingin pekatnya nafsu
Mematung menunggu “aku” yang lain…
Dalam rancak acak tarianku,
Kau bisikan bayangan nyatamu lewat angin yg menderu perih ketelinga,
“ menarilah sayang, lupakan semua harapan tololmu !!!
Karena akulah sang predator dan karma bukanlah bagian dari takdirku “
Aku terus menari menata kaki ayunkan jemari,
Tersihir irama luka buaian seruling bambu
Lahirkan galau yg lengkapi kisah dlm bingkai buntu waktu
Karena ½ dari takdirmu adalah takdirku.
………
Kuikat warna kelam pada selendang impian yg pernah kau beri
Lalu tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.
Dak 12.08
Subscribe to:
Posts (Atom)