“Beda”
Aku terjajar,
Terdiam di sudut kehampaan.
Bukankah Cinta itu adalah Pelangi penuh warna
Senja dengan semburat jingga sempurna
Tapi mengapa dlm dekapan kami hanya ada 2 warna sama
Hitam,
Dan hitam.
Aku terjajar,
Terjatuh ditampar kenyataan
Begitu mahal harga yg sudah kami bayar
Untuk menjadi tidak munafiq seperti sekarang
Entah berapa lagi yang harus kami keluarkan
Untuk bisa tetap bersama menjaga rasa.
Aku terjajar,
Bersimpuh dalam ketakberdayaan
TUHAN, akankah kami sanggup melunasinya
Harga dari sebuah “perbedaan”
Jakarta, Maret 2006
“Batas”
Pada batas penantian.
Aku lelah,..
Bersandar pada dinding keyakinan.
Yang kian menipis dikikis waktu
Pada batas penantian
Ada sesal dalam diam
Yang membuatku terpuruk dalam kesunyian
Menanti asa yang pernah kau samarkan
Pada batas penantian
Banyak tangis yang harus kuredam
Banyak luka yang harus kusembunyikan
Untuk setiap kenangan yang kau sisipkan
Pada batas penantian
Adakah kau dengar rintih kesangsian
Atas kesetiaan yang mulai memudar
Diterpa ribuan malam pergantian.
Jakarta, Maret 2007
“Maaf”
Demi kebaikan & masa depan,..
Patutkah aku mencairkan hati dengan melupakan “semua”…
Lalu, bagaimana aku belajar dari kebodohan & kenaifanku ?
Beribu maaf yang pernah kau mohon,
Beribu maaf yang pernah kuberikan,
Tak pernah memiliki arti
Karena disetiap maaf aku selalu melupakan kesalahan
Kali ini ijinkan aku yang memohon maaf
Karena tak kuasa lagi menerima hujanan kecewa yang kau beri,
Terpancing perih dan membuka semua luka
Ribuan cerita yang terlanjur ada dan kau ukir perih
Ribuan kisah yang membawaku pada ketakberdayaan
Tidak membuatku mengerti arti “cinta” yg dulu kau tanamkan
Juga cinta tulus yg pernah kurasa dan kini mulai mengikis…
Ah,…andai saja bisa,
Akan kubagi setiap bagian dari cerita kita
GRATIS kepada siapapun yg ingin mendengar sampai habis taktersisa
Demi kebaikan dan masa depan,…
Mampukah aku mencairkan hati untuk melupakanmu ?
Jakarta, Juni 2007
“ LAra “
Senja terlewati dengan secangkir kopi panas,
Gemericik hujan, dan untaian kata penyesalan
yang kau kalungkan abadi di ingatanku
Hangat,…
Kau pahat hatiku dengan asa tanpa batas
Setiap kata adalah sihir berselimut puisi
Lalu aku lupakan semua luka, sakit & penghianatan
…
Dingin,…
Kembali kau rampas “hidup” dalam kehidupanku
Kali ini dgn luka yg membebani setiap helaan nafasku
Seringai kemenanganmu membayangi setiap langkahku
Katamu “ aku memang BAJINGAN, dan kamu tau itu… “
Lara tercabik,
Nurani menjerit meratapi nasip, takdir & hidup
Kenyataan adalah duri yang menari liar diatas luka
Jakarta, Agustus 2007
“BuNdA”
Nda,….
Mata air, air mata ini tak akan berhenti mengalir
Bunga-bunga kecewa akan selalu menebarkan wangi lara
Bila engkau masih terus mencuri tatap & meneteskan perih
Nda,…
Hidup ini adalah bagian dari kehidupanmu
Tapi takdir ini adalah milikku sendiri
Kesakitan ini adalah bagian kisah yang harus aku jalani
Nda,…
Jangan tangisi kehidupanku
Jangan sesali aku dalam hidupmu….
Jakarta, Agustus 2007
Keluhan’ku
Dalam diam aku terus mengeluh.
Ribuan aksara membanjiri sungai batinku.
Sebagian menggenangi hatiku yang koyak.
Sebagian lagi menjadi kubangan luka yg mengendap di kepala.
Ini aku yg bertahan lugu didekap fatamorgana cintamu.
Kuhakimi kebodohan dan ketakberdayaanku.
Dengan air mata penyesalan,
Kualiri ladang dendam yg kau tanam dari bibit penghianatanmu.
Ah,…andai saja sanggup dan mampu
Pasti sudah ku janjikan luka untuk kau yg telah melukai,
Pasti sudah ku berikan penghianatan untuk seorang “penghianat”,
Tapi aku,…
Aku hanya mampu mengeluh dalam diam
Tenggelam dalam timbunan kecewa.
Dak, 11.07
Dalam Keluhanku
Dalam keluhanku, ku tau DIA mendengar…
Ku dekap kedekatanku padaNYA
DIA yang selalu ada diantara aku & serpihan hatiku
Dalam keluhanku, ku tahu DIA tidak marah
Meski banyak kupertanyakan “dimana keadilan itu…”
Meski aku begitu rapuh & memohon banyak hal
Dalam keluhanku, ku tau DIA tidak tinggal diam
Karena ku percaya hukum keadilanNYA
Dan kau akan tetap hidup untuk membayar semua
Dalam keluhanku, ku tau DIA mengerti aku
Ku percayakan rencanaNYA atas hidupku
Karena DIAlah sebaik-baiknya pembuat rencana
Pada kehendakNYA kuyakin semua kesakitanku sirnah.
Dak, 11.07
LukA
Karena cinta, luka, & sejuta rasa yang kau racik sempurna
pada cawan takdirkulah aku bertahan,…
Berselimut kepercayaan & asa, ku hadapi derasnya kekecewaan
Seperti akar rumput liar di tengah kemarau tanpa ujung
Aku tidak hidup, juga tidak mati….
Pastilah maut sangat menyayangiku hingga masih aku disini
Meski kini kau ada diantara asa yg ingin ku gapai sekaligus ingin kulupakan
Seperti senja yg tak pernah beranjak malam
Lukaku menguat dan membentuk dendam pilu
Karmamu, apa itu arti aku bertahan ?
Bang,…
Perbedaan kita apa juga sebuah kesalahan ?
Memaafkan & terus mengerti kamu, apa sebuah kesalahan ?
Lalu,… mengapa kau beri cinta & impian semu
Mengapa kau tumpahkan airmata ku & pergi menjauh
Dak, 08.07
KepaLsuaN
Kau bawa aku pada jalan ini
Begitu terjal dan membuat banyak luka
Kau terus memeluk ku dengan kepalsuan yang kupercaya,…
Bukankah telah ku bayar “impianmu” dengan hidupku ?
Bukankah telah ku lunasi “asa mu” dengan takdirku ?
Kau campakkan aku di jalan ini
Setelah semua terkorbankan
Masih juga kau siksa aku dengan jutaan sesal
& segudang dosa yg kau tinggalkan
Dak, 09.07
Wednesday, January 28, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment