Wednesday, January 28, 2009

poem 2008

Sang PreDatoR

Aku menari ikuti liukan nada pilu seruling bambu,
Larut dalam dawai sunyi reruntuhan mimpi,
Sesekali tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.

Sementara dalam keruh tenang,
Predatorku kembali terpekur “nyaman” di dasar rawa
Teteskan liur beku sedingin pekatnya nafsu
Mematung menunggu “aku” yang lain…

Dalam rancak acak tarianku,
Kau bisikan bayangan nyatamu lewat angin yg menderu perih ketelinga,
“ menarilah sayang, lupakan semua harapan tololmu !!!
Karena akulah sang predator dan karma bukanlah bagian dari takdirku “

Aku terus menari menata kaki ayunkan jemari,
Tersihir irama luka buaian seruling bambu
Lahirkan galau yg lengkapi kisah dlm bingkai buntu waktu
Karena ½ dari takdirmu adalah takdirku.

………
Kuikat warna kelam pada selendang impian yg pernah kau beri
Lalu tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.

Dak 12.08



CinTa

Kuberikan hati & setiaku hanya untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta perangkapnya
malah membuatku terus terjaga dalam derita…
Lalu kupupuk benci & dendam untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta kenyataannya
malah smakin menguatkan rasa sayang yg terlanjur ada.

Duhai,…
Bukankah cinta itu seputih & semurni ketulusan rasa ?!
Lalu mengapa dia menyelimutiku dengan debu keraguan
yang begitu tebal.
Dan mengubah sang waktu menjadi samurai tajam
yang menikam tepat di jantung takutku.

Duhai,…
Bawalah jauh cinta ini dari fananya hidup.
Karna kulelah & muak mencium bau kepercayaan
yang dihembuskan oleh tipuan khayal cinta.
Dan sisakan bayangan pucat wajah takdir
yang menyeretku pada nisan kematian rasa.

Dak 12.08


Nyata

Nyatalah yg kini tengah memelukku erat,
Mencengkeram matinya rasa & menampar kesadaran.
Tapi nyata jugalah yg membawaku pada lingkaran hidup ini
yg terus tuntĂșn aku untuk berputar kembali pada mu.

Nyatalah yg membawa semu ini bergulir,
Hidup hanya bias dari pengingkaran akan hidup.
Nyata jugalah yg membawa “setia” pada kutukan.
Tinggalkan denting sunyi yg mengoyak melodi keagungan cinta.

Ya,… inilah nyata itu
Akulah tawanan takdirmu…

Dak. 12.08


Hiduplah di hidupku


Bicaralah semaumu
Bercelotehlah apa saja…
Dan aku akan setia mendengar.

Berulahlah semaumu,
Biarkan senyum, jengkel juga marah & tawaku terumbar
Dan aku akan berterima kasih untuk semua.

Berbagilah denganku sedikit saja dari hidupmu
Akan ku nikmati hidup dan kuingkari semua luka
Jadilah teman sekaligus malaikat di hidupku.

Dak. 12.08


Kubangan LarA

Senja beranjak,…
Jutaan detik bergulir lambat dalam remang malam
Impian yg kau janjikan tak jua menyambangi
Dalam dekapan luka & gelapnya malam,
cahaya tinggalah roncean asa yg mengering lusuh
Membuat langkah makin tersesat dalam pekat dustamu

( Andai saja ikhlas itu ada …..
Pasti sudah kulewati malam meski dgn hujanan air mata,
Pasti sudah kutatap fajar meski dgn ½ keyakinan )

Dalam lingkaran kehidupanku,
Ada tempat dimana luka abadi dalam kubangan lara.
Dimana kesetiaan tersalib kepalsuan cinta….

Dak, 11.08


Berdamai DgN TakdiR

Ku dekap luka dan mulai berdamai dengan takdir,
Coba muntahkan semua rasa,
Akhirnya perlahan beban ini terurai....
( bukankah hal utama terlatak pd akhir ? )

Bayang2 ketakutan masih nyata bergelantungan di kaki perih,
Sementara diujung kalutku, kau terus sunggingkan senyuman,
Begitu khusu kau nikmati ratapan dalam diamku...
( bukankah "diam" juga menyimpan suara ? )

Tapi semua memang belum benar2 berakhir,
Dan dalam diamku, kupenuhi hidupmu dengan kutukan.

Kudekap luka dan berdamai dengan takdir,
Ada keyakinan yg terus berdengung direruntuhan asa,
Pada akhirnya kelak smua kutukan menjadi doadan smua beban terurai sempurna.

Dak, 10.08


SesaL

Di Ujung pantai senja tak jua bergeming,
Tebarkan jingga kelam kemanapun kepala tengadah,
Rintik hujan membuat buih smakin berbusa,
Dipinggir karang, tetesan samudra menghantam tajam…

Aku berteriak dalam kebisuan yg mereka bilang lugu,
Tantang luka basahi perih,
Aku menangis mengenang semua…
Kucurkan sesal yg berkali-kali membunuh jiwa mati ini.

Dak, 10.08


KitA

Kita sepasang berjalan menuju pantai
Tersihir warna warni sempurna sang senja
Berlari tanpa arah & alas di hamparan pasir berkerikil

Kita sepasang berdiri gamang menanti badai
Dibibir pantai yg dipenuhi ratusan ribu aturan
Sekarat,… menunggu ajal ditemani penghianatan & pengampunan

Kita sepasang saling tatap teriaki takdir
Membayar mahal harga sebuah perbedaan
Gadaikan rasa jadi budak ketidakberdayaan

Kita sepasang melangkah gontai dekati malam
Lepaskan genggaman menuju kekegelapan….

Dak, 06.08


KangeN

Aku kangen,…
Tapi ikatan luka yg membelenggu hati dgn simpul mati ketakberdayaan,
Memaksaku untuk menjadi munafiq
Dan menelan rasa ini sendirian.

Aku kangen,…
Berada dalam dekapan cintamu
Yang membawaku pada permainan abu-abu
Dimana hitam dan putih tersamarkan rata.

Aku kangen,…
Pada hati yang telah menghancurkan hatiku.

Dak, 06.08


Kisah Kita

Malam berlalu,
Tapi kisah kita masih juga belum berakhir.
D’javu mimpi yang terus berulang
Menjerat & mengikatku pada tiang takdirmu yg gelap.

Senja adalah gerbang tempatku terpaku teteskan lara
Mematung dalam luka & ketakutan
Untuk setiap keingkaranmu....
Kupenuhi hatimu dengan kutukan

Malam-malam terus berlalu,
Tidak ada TAMAT untuk kisah kita.


Jakarta, 07.08


BeRTaHaN

Mungkin karena lukalah aku bertahan,
Ada asa untuk setiap tetes darah & nanahnya.
Yang mencengkeram erat kematian rasa
Dan bara yang kau sulut,… tak kan pernah padam oleh ketakberdayaan.

Mungkin karena ketakberdayaan jugalah aku bertahan,
Ada banyak doa & penyesalan untuk setiap tetes air mata.
Beban ini begitu berat & menenggelamkan aku pd lautan yg sama.
Menjadikan aku tawanan takdirmu yg hina & gelap.

Kamu paksa aku menopang beban ini slamanya,…
Tapi DIA tidak akan meninggalkan aku dlm kebodohan & ketidakadilan.
Yang pasti hanya atas kehendakNYAlah aku bertahan…

Dak, 19.02.08


PejaLaN

Aku pejalan,
Kutapaki garis takdir hidupku
Setiap langkah adalah rahmat

Sempat langkahku terhenti
Saat kau ketuk palu lalu pergi,
Tinggalkan smua mimpi yg kau beri

Tapi aku adalah pejalan,
Dan aku akan terus melangkah maju
Sampai batas garis takdir ku

Dak, 04.08


KePeRgIaN

Senja itu senja tidak lagi jingga kemerahan,…
Tamparan petir mengubahnya berwarna kelam.
Dan aku, Aku berada tepat disisinya saat tiba-tiba semua berakhir,

Penderitaan & kesakitannya berakhir,…
Kecemasan & ketakutannya berakhir…
Dia tersenyum dalam kedamaian yang menjemputnya,
Meninggalkan aku dengan semua rasa ini.

Aku berbisik lembut ditelinganya meredam perih yg tiba-tiba mendera.
Aku mohon agar dia mau memaafkan aku,
Untuk ketakberdayaanku mengupayakan yang terbaik di hidupnya,
Untuk luka yg ku buat disakitnya,
Untuk kekecewaan & kecemasan yang ku bawa di kehidupannya,
Untuk kedatanganmu yg menikam pedih kejantung lemahnya,

Dalam kebisuannya dia tersenyum lembut,…
Aku terus berbisik dan memohon,…
Agar dia mau membuka matanya dan membalas peluk ciumku,
Aku berjanji untuk tdk rapuh lagi & slalu kuat dalam keadaan apapun.
Aku juga menjanjikan banyak hal....

Tapi dia tetap diam.
Bahkan saat aku mulai berteriak memanggil-manggil namanya
Menangis dan memohon….
Terus memohon….
Dia tetap diam ,…

Hanya suara hujan diluar sana yang menjawab semua permohonanku.
Dalam diamnya dia bebas dari semua beban yang menghimpitnya.
Dalam lelah lirih aku berbisik…
Nda,… mengapa tinggalkan aku dengan semua ini ?

Dak, 01.08

No comments:

Post a Comment