Thursday, January 29, 2009

SajaK sang WaKtu

Di mimpiku, laut begitu merah oleh amarah yang terbaur menyatu rata dengan darah.
Rasanya jadi bertambah asin diguyur hujanan airmata.
Sedang suara “maafmu” timbul tenggelam ditelan debur ombak dari kumpulan buih-buih luka yg kau toreh.

Detik terus berdetak, meski lamban waktu tetap berjalan.
Sementara diduniaku, malam tak pernah surut dan impian buruk itu terus ada di dalam kejayaannya yang merajam kejam kegelapan,
Sedang nyata hanyalah maya yang sesekali datang menyambangi.

Di takdirku, cinta adalah kasih sayang tulus, murni, penuh warna dan juga putih suci seperti kuntum-kuntum mekar melati.
Tapi di takdirku juga kau rubah cinta menjadi mimpi buruk yg penuh dengan luka, kebencian, dendam sekaligus penyesalan.

Demi waktu yang berputar dan melaju maju,…
aku akan bertahan menanti cahaya pagi.
Menguntai luka asa yang kau paksa ada,
Tautkan detik Demi detik dan bertahan lalui setiap gulungan waktu.
Sampai akhirnya kau mendidih di jerang karma.
Dan semua angkuhmu menguap hilang diterbangkan nyata.

Di antara reruntuhan impianku, ada asa tentang waktu.
Waktu yg kelak kikis habis amarah juga dendam.
Tamatkan malam dan bebaskan aku dari belenggu mimpi2 yg kau beri.


Dak 01.09

Wednesday, January 28, 2009

BiNtanG Asa


Ditemani satu kejora di barat daya,
Cahayanya memantul dan berenang bersama juta’an buih asin...
Asaku berpendar keseantero malam,
Berharap kau tau,
Bahwa rasa ini mulai bertunas dan meresahkan....

Dak. 27.01.09

PaGi

Bintang bersinar terangi gelap,
Lalu pekat tak lagi menakutkan.
Lewat mata malam iblis terus ikuti langkah,
Tapi ku tau malaikatNYA ada jaga aku.
Dan aku tau pagi ada disana menantiku...

Dak, 19.01.09

KaMu

Ketika kembali dijajah pesonamu,
Masa lalu tak lebih dari cerita.
Air mata maafmu adalah rintik candu yg mengalir membius rasa.
Mengganti sakit, keringkan luka.

Ketika bosanmu kembali hadir,
Sengaja atau tidak, kau sibak smua trik sesalmu.
Tancapkan luka baru tepat ditempat yg lama.
Lalu asal, kau minta aku lupakan mu....

Hampa adalah kado abadi yang kau beri,
Yg slalu menyapaku setiap pagi,
Dan temaniku habiskan hari.

Tapi sungguh, aku tak bisa mengganti rasa ini,
dengan kebencian ataupun dendam.
Karna sungguh, kau mengikat mati akalku
dengan pengertian akan rumitnya kenyataan.

Dak. 19.01.09

poem 2008

Sang PreDatoR

Aku menari ikuti liukan nada pilu seruling bambu,
Larut dalam dawai sunyi reruntuhan mimpi,
Sesekali tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.

Sementara dalam keruh tenang,
Predatorku kembali terpekur “nyaman” di dasar rawa
Teteskan liur beku sedingin pekatnya nafsu
Mematung menunggu “aku” yang lain…

Dalam rancak acak tarianku,
Kau bisikan bayangan nyatamu lewat angin yg menderu perih ketelinga,
“ menarilah sayang, lupakan semua harapan tololmu !!!
Karena akulah sang predator dan karma bukanlah bagian dari takdirku “

Aku terus menari menata kaki ayunkan jemari,
Tersihir irama luka buaian seruling bambu
Lahirkan galau yg lengkapi kisah dlm bingkai buntu waktu
Karena ½ dari takdirmu adalah takdirku.

………
Kuikat warna kelam pada selendang impian yg pernah kau beri
Lalu tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.

Dak 12.08



CinTa

Kuberikan hati & setiaku hanya untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta perangkapnya
malah membuatku terus terjaga dalam derita…
Lalu kupupuk benci & dendam untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta kenyataannya
malah smakin menguatkan rasa sayang yg terlanjur ada.

Duhai,…
Bukankah cinta itu seputih & semurni ketulusan rasa ?!
Lalu mengapa dia menyelimutiku dengan debu keraguan
yang begitu tebal.
Dan mengubah sang waktu menjadi samurai tajam
yang menikam tepat di jantung takutku.

Duhai,…
Bawalah jauh cinta ini dari fananya hidup.
Karna kulelah & muak mencium bau kepercayaan
yang dihembuskan oleh tipuan khayal cinta.
Dan sisakan bayangan pucat wajah takdir
yang menyeretku pada nisan kematian rasa.

Dak 12.08


Nyata

Nyatalah yg kini tengah memelukku erat,
Mencengkeram matinya rasa & menampar kesadaran.
Tapi nyata jugalah yg membawaku pada lingkaran hidup ini
yg terus tuntĂșn aku untuk berputar kembali pada mu.

Nyatalah yg membawa semu ini bergulir,
Hidup hanya bias dari pengingkaran akan hidup.
Nyata jugalah yg membawa “setia” pada kutukan.
Tinggalkan denting sunyi yg mengoyak melodi keagungan cinta.

Ya,… inilah nyata itu
Akulah tawanan takdirmu…

Dak. 12.08


Hiduplah di hidupku


Bicaralah semaumu
Bercelotehlah apa saja…
Dan aku akan setia mendengar.

Berulahlah semaumu,
Biarkan senyum, jengkel juga marah & tawaku terumbar
Dan aku akan berterima kasih untuk semua.

Berbagilah denganku sedikit saja dari hidupmu
Akan ku nikmati hidup dan kuingkari semua luka
Jadilah teman sekaligus malaikat di hidupku.

Dak. 12.08


Kubangan LarA

Senja beranjak,…
Jutaan detik bergulir lambat dalam remang malam
Impian yg kau janjikan tak jua menyambangi
Dalam dekapan luka & gelapnya malam,
cahaya tinggalah roncean asa yg mengering lusuh
Membuat langkah makin tersesat dalam pekat dustamu

( Andai saja ikhlas itu ada …..
Pasti sudah kulewati malam meski dgn hujanan air mata,
Pasti sudah kutatap fajar meski dgn ½ keyakinan )

Dalam lingkaran kehidupanku,
Ada tempat dimana luka abadi dalam kubangan lara.
Dimana kesetiaan tersalib kepalsuan cinta….

Dak, 11.08


Berdamai DgN TakdiR

Ku dekap luka dan mulai berdamai dengan takdir,
Coba muntahkan semua rasa,
Akhirnya perlahan beban ini terurai....
( bukankah hal utama terlatak pd akhir ? )

Bayang2 ketakutan masih nyata bergelantungan di kaki perih,
Sementara diujung kalutku, kau terus sunggingkan senyuman,
Begitu khusu kau nikmati ratapan dalam diamku...
( bukankah "diam" juga menyimpan suara ? )

Tapi semua memang belum benar2 berakhir,
Dan dalam diamku, kupenuhi hidupmu dengan kutukan.

Kudekap luka dan berdamai dengan takdir,
Ada keyakinan yg terus berdengung direruntuhan asa,
Pada akhirnya kelak smua kutukan menjadi doadan smua beban terurai sempurna.

Dak, 10.08


SesaL

Di Ujung pantai senja tak jua bergeming,
Tebarkan jingga kelam kemanapun kepala tengadah,
Rintik hujan membuat buih smakin berbusa,
Dipinggir karang, tetesan samudra menghantam tajam…

Aku berteriak dalam kebisuan yg mereka bilang lugu,
Tantang luka basahi perih,
Aku menangis mengenang semua…
Kucurkan sesal yg berkali-kali membunuh jiwa mati ini.

Dak, 10.08


KitA

Kita sepasang berjalan menuju pantai
Tersihir warna warni sempurna sang senja
Berlari tanpa arah & alas di hamparan pasir berkerikil

Kita sepasang berdiri gamang menanti badai
Dibibir pantai yg dipenuhi ratusan ribu aturan
Sekarat,… menunggu ajal ditemani penghianatan & pengampunan

Kita sepasang saling tatap teriaki takdir
Membayar mahal harga sebuah perbedaan
Gadaikan rasa jadi budak ketidakberdayaan

Kita sepasang melangkah gontai dekati malam
Lepaskan genggaman menuju kekegelapan….

Dak, 06.08


KangeN

Aku kangen,…
Tapi ikatan luka yg membelenggu hati dgn simpul mati ketakberdayaan,
Memaksaku untuk menjadi munafiq
Dan menelan rasa ini sendirian.

Aku kangen,…
Berada dalam dekapan cintamu
Yang membawaku pada permainan abu-abu
Dimana hitam dan putih tersamarkan rata.

Aku kangen,…
Pada hati yang telah menghancurkan hatiku.

Dak, 06.08


Kisah Kita

Malam berlalu,
Tapi kisah kita masih juga belum berakhir.
D’javu mimpi yang terus berulang
Menjerat & mengikatku pada tiang takdirmu yg gelap.

Senja adalah gerbang tempatku terpaku teteskan lara
Mematung dalam luka & ketakutan
Untuk setiap keingkaranmu....
Kupenuhi hatimu dengan kutukan

Malam-malam terus berlalu,
Tidak ada TAMAT untuk kisah kita.


Jakarta, 07.08


BeRTaHaN

Mungkin karena lukalah aku bertahan,
Ada asa untuk setiap tetes darah & nanahnya.
Yang mencengkeram erat kematian rasa
Dan bara yang kau sulut,… tak kan pernah padam oleh ketakberdayaan.

Mungkin karena ketakberdayaan jugalah aku bertahan,
Ada banyak doa & penyesalan untuk setiap tetes air mata.
Beban ini begitu berat & menenggelamkan aku pd lautan yg sama.
Menjadikan aku tawanan takdirmu yg hina & gelap.

Kamu paksa aku menopang beban ini slamanya,…
Tapi DIA tidak akan meninggalkan aku dlm kebodohan & ketidakadilan.
Yang pasti hanya atas kehendakNYAlah aku bertahan…

Dak, 19.02.08


PejaLaN

Aku pejalan,
Kutapaki garis takdir hidupku
Setiap langkah adalah rahmat

Sempat langkahku terhenti
Saat kau ketuk palu lalu pergi,
Tinggalkan smua mimpi yg kau beri

Tapi aku adalah pejalan,
Dan aku akan terus melangkah maju
Sampai batas garis takdir ku

Dak, 04.08


KePeRgIaN

Senja itu senja tidak lagi jingga kemerahan,…
Tamparan petir mengubahnya berwarna kelam.
Dan aku, Aku berada tepat disisinya saat tiba-tiba semua berakhir,

Penderitaan & kesakitannya berakhir,…
Kecemasan & ketakutannya berakhir…
Dia tersenyum dalam kedamaian yang menjemputnya,
Meninggalkan aku dengan semua rasa ini.

Aku berbisik lembut ditelinganya meredam perih yg tiba-tiba mendera.
Aku mohon agar dia mau memaafkan aku,
Untuk ketakberdayaanku mengupayakan yang terbaik di hidupnya,
Untuk luka yg ku buat disakitnya,
Untuk kekecewaan & kecemasan yang ku bawa di kehidupannya,
Untuk kedatanganmu yg menikam pedih kejantung lemahnya,

Dalam kebisuannya dia tersenyum lembut,…
Aku terus berbisik dan memohon,…
Agar dia mau membuka matanya dan membalas peluk ciumku,
Aku berjanji untuk tdk rapuh lagi & slalu kuat dalam keadaan apapun.
Aku juga menjanjikan banyak hal....

Tapi dia tetap diam.
Bahkan saat aku mulai berteriak memanggil-manggil namanya
Menangis dan memohon….
Terus memohon….
Dia tetap diam ,…

Hanya suara hujan diluar sana yang menjawab semua permohonanku.
Dalam diamnya dia bebas dari semua beban yang menghimpitnya.
Dalam lelah lirih aku berbisik…
Nda,… mengapa tinggalkan aku dengan semua ini ?

Dak, 01.08

poem 2007

“Beda”


Aku terjajar,
Terdiam di sudut kehampaan.
Bukankah Cinta itu adalah Pelangi penuh warna
Senja dengan semburat jingga sempurna
Tapi mengapa dlm dekapan kami hanya ada 2 warna sama
Hitam,
Dan hitam.

Aku terjajar,
Terjatuh ditampar kenyataan
Begitu mahal harga yg sudah kami bayar
Untuk menjadi tidak munafiq seperti sekarang
Entah berapa lagi yang harus kami keluarkan
Untuk bisa tetap bersama menjaga rasa.

Aku terjajar,
Bersimpuh dalam ketakberdayaan
TUHAN, akankah kami sanggup melunasinya
Harga dari sebuah “perbedaan”

Jakarta, Maret 2006


“Batas”

Pada batas penantian.
Aku lelah,..
Bersandar pada dinding keyakinan.
Yang kian menipis dikikis waktu

Pada batas penantian
Ada sesal dalam diam
Yang membuatku terpuruk dalam kesunyian
Menanti asa yang pernah kau samarkan

Pada batas penantian
Banyak tangis yang harus kuredam
Banyak luka yang harus kusembunyikan
Untuk setiap kenangan yang kau sisipkan

Pada batas penantian
Adakah kau dengar rintih kesangsian
Atas kesetiaan yang mulai memudar
Diterpa ribuan malam pergantian.

Jakarta, Maret 2007




“Maaf”

Demi kebaikan & masa depan,..
Patutkah aku mencairkan hati dengan melupakan “semua”…
Lalu, bagaimana aku belajar dari kebodohan & kenaifanku ?

Beribu maaf yang pernah kau mohon,
Beribu maaf yang pernah kuberikan,
Tak pernah memiliki arti
Karena disetiap maaf aku selalu melupakan kesalahan

Kali ini ijinkan aku yang memohon maaf
Karena tak kuasa lagi menerima hujanan kecewa yang kau beri,
Terpancing perih dan membuka semua luka

Ribuan cerita yang terlanjur ada dan kau ukir perih
Ribuan kisah yang membawaku pada ketakberdayaan
Tidak membuatku mengerti arti “cinta” yg dulu kau tanamkan
Juga cinta tulus yg pernah kurasa dan kini mulai mengikis…

Ah,…andai saja bisa,
Akan kubagi setiap bagian dari cerita kita
GRATIS kepada siapapun yg ingin mendengar sampai habis taktersisa

Demi kebaikan dan masa depan,…
Mampukah aku mencairkan hati untuk melupakanmu ?

Jakarta, Juni 2007



“ LAra “

Senja terlewati dengan secangkir kopi panas,
Gemericik hujan, dan untaian kata penyesalan
yang kau kalungkan abadi di ingatanku
Hangat,…
Kau pahat hatiku dengan asa tanpa batas
Setiap kata adalah sihir berselimut puisi

Lalu aku lupakan semua luka, sakit & penghianatan


Dingin,…
Kembali kau rampas “hidup” dalam kehidupanku
Kali ini dgn luka yg membebani setiap helaan nafasku
Seringai kemenanganmu membayangi setiap langkahku

Katamu “ aku memang BAJINGAN, dan kamu tau itu… “

Lara tercabik,
Nurani menjerit meratapi nasip, takdir & hidup
Kenyataan adalah duri yang menari liar diatas luka

Jakarta, Agustus 2007


“BuNdA”

Nda,….
Mata air, air mata ini tak akan berhenti mengalir
Bunga-bunga kecewa akan selalu menebarkan wangi lara
Bila engkau masih terus mencuri tatap & meneteskan perih

Nda,…
Hidup ini adalah bagian dari kehidupanmu
Tapi takdir ini adalah milikku sendiri
Kesakitan ini adalah bagian kisah yang harus aku jalani

Nda,…
Jangan tangisi kehidupanku
Jangan sesali aku dalam hidupmu….

Jakarta, Agustus 2007


Keluhan’ku

Dalam diam aku terus mengeluh.
Ribuan aksara membanjiri sungai batinku.
Sebagian menggenangi hatiku yang koyak.
Sebagian lagi menjadi kubangan luka yg mengendap di kepala.

Ini aku yg bertahan lugu didekap fatamorgana cintamu.
Kuhakimi kebodohan dan ketakberdayaanku.
Dengan air mata penyesalan,
Kualiri ladang dendam yg kau tanam dari bibit penghianatanmu.

Ah,…andai saja sanggup dan mampu
Pasti sudah ku janjikan luka untuk kau yg telah melukai,
Pasti sudah ku berikan penghianatan untuk seorang “penghianat”,

Tapi aku,…
Aku hanya mampu mengeluh dalam diam
Tenggelam dalam timbunan kecewa.


Dak, 11.07


Dalam Keluhanku

Dalam keluhanku, ku tau DIA mendengar…
Ku dekap kedekatanku padaNYA
DIA yang selalu ada diantara aku & serpihan hatiku

Dalam keluhanku, ku tahu DIA tidak marah
Meski banyak kupertanyakan “dimana keadilan itu…”
Meski aku begitu rapuh & memohon banyak hal

Dalam keluhanku, ku tau DIA tidak tinggal diam
Karena ku percaya hukum keadilanNYA
Dan kau akan tetap hidup untuk membayar semua

Dalam keluhanku, ku tau DIA mengerti aku
Ku percayakan rencanaNYA atas hidupku
Karena DIAlah sebaik-baiknya pembuat rencana
Pada kehendakNYA kuyakin semua kesakitanku sirnah.


Dak, 11.07


LukA

Karena cinta, luka, & sejuta rasa yang kau racik sempurna
pada cawan takdirkulah aku bertahan,…
Berselimut kepercayaan & asa, ku hadapi derasnya kekecewaan
Seperti akar rumput liar di tengah kemarau tanpa ujung
Aku tidak hidup, juga tidak mati….

Pastilah maut sangat menyayangiku hingga masih aku disini
Meski kini kau ada diantara asa yg ingin ku gapai sekaligus ingin kulupakan
Seperti senja yg tak pernah beranjak malam
Lukaku menguat dan membentuk dendam pilu
Karmamu, apa itu arti aku bertahan ?

Bang,…
Perbedaan kita apa juga sebuah kesalahan ?
Memaafkan & terus mengerti kamu, apa sebuah kesalahan ?
Lalu,… mengapa kau beri cinta & impian semu
Mengapa kau tumpahkan airmata ku & pergi menjauh

Dak, 08.07


KepaLsuaN

Kau bawa aku pada jalan ini
Begitu terjal dan membuat banyak luka
Kau terus memeluk ku dengan kepalsuan yang kupercaya,…

Bukankah telah ku bayar “impianmu” dengan hidupku ?
Bukankah telah ku lunasi “asa mu” dengan takdirku ?

Kau campakkan aku di jalan ini
Setelah semua terkorbankan
Masih juga kau siksa aku dengan jutaan sesal
& segudang dosa yg kau tinggalkan


Dak, 09.07

Khayal Nyata

Kupeluk dia dalam khayal nyata.
Luruh dalam rasa yg membuncah raga.

Dan angin hanya perdengarkan dentingan terindah,
Dalam diam mu mengalir senandung rindu yg begitu merdu.
Sungguh, aku hanya bisa menikmatinya dengan air mata…

Dipangkuanmu aku jatuhkan semua lelah,
Berharap waktu terhenti mati.
Nda, andai khayal ini nyata,……

----------

00:23
Ku basuh tubuh dari kotornya jiwa,
Kenakan putih tutupi hina.
Rebahkan angkuh jatuh bersujud di hadapan-MU.

00:23
Diatas satu-satunya harapan yg tertinggal,
Kubalut jiwa rapuhku dgn untaian doa suci,
Lalu gemetar paparkan resah atas setumpuk sesal.

00:54
Kubasuh wajah tutup doa penuh dgn rasa sesak perih tak terkira.
Rabb, ikhlaskan aku atas kepergiannya…

Dak, 01.01.09

Tuesday, January 27, 2009

me
















CiNtA




Kuberikan hati & setiaku hanya untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta perangkapnya
malah membuatku terus terjaga dalam derita…
Lalu kupupuk benci & dendam untuk cinta,
Tapi dia dengan sejuta kenyataannya
malah smakin menguatkan rasa sayang yg terlanjur ada.

Duhai,…
Bukankah cinta itu seputih & semurni ketulusan rasa ?!
Lalu mengapa dia menyelimutiku dengan debu keraguan
yang begitu tebal.
Dan mengubah sang waktu menjadi samurai tajam
yang menikam tepat di jantung takutku.

Duhai,…
Bawalah jauh cinta ini dari fananya hidup.
Karna kulelah & muak mencium bau kepercayaan
yang dihembuskan oleh tipuan khayal cinta.
Dan sisakan bayangan pucat wajah takdir
yang menyeretku pada nisan kematian rasa.

Dak 12.08

SanG PreDatoR

Aku menari ikuti liukan nada pilu seruling bambu,
Larut dalam dawai sunyi reruntuhan mimpi,
Sesekali tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.

Sementara dalam keruh tenang,
Predatorku kembali terpekur “nyaman” di dasar rawa
Teteskan liur beku sedingin pekatnya nafsu
Mematung menunggu “aku” yang lain…

Dalam rancak acak tarianku,
Kau bisikan bayangan nyatamu lewat angin yg menderu perih ketelinga,
“ menarilah sayang, lupakan semua harapan tololmu !!!
Karena akulah sang predator dan karma bukanlah bagian dari takdirku “

Aku terus menari menata kaki ayunkan jemari,
Tersihir irama luka buaian seruling bambu
Lahirkan galau yg lengkapi kisah dlm bingkai buntu waktu
Karena ½ dari takdirmu adalah takdirku.

………
Kuikat warna kelam pada selendang impian yg pernah kau beri
Lalu tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati.

Dak 12.08