aku jelas melihat seringai senyum di wajah klasiknya
sesaat sebelum dia beranjak pergi
membawa tarik mimpi
aku terdiam diamuk rasa
mencoba tegar dalam gemetar kuyup jiwa
membawa tarik mimpi
aku terdiam diamuk rasa
mencoba tegar dalam gemetar kuyup jiwa
...di ujung jalan kulihat langkahnya mulai gontai
sesekali terdiam namun tak jua menoleh kebelakang
dan tak ada yang kupinta selain kepergiannya
yang merobeki merah marahku
teteskan bening bisu
tuan,
sejahat apa kau perlihatkan licik,
sekeras apa kau tanam kebencian
sekencang apa kau tiup api dendam
percuma...
sia sia
karena meski buta
cinta dengan caranya
jernih melihat nyata.
DAK, 2020
No comments:
Post a Comment