Saturday, November 28, 2009

KITA

Kita sepasang berjalan menuju pantai
Tersihir indah warna warni senja
Eratkan genggaman
Melangkah di hamparan tajam kerikil

Kita sepasang berdiri gamang menatap samudra
Dibibir pantai yang dipenuhi seratus ribu aturan
Sekarat…
Menanti badai ditemani penghianatan dan pengampunan

Kita sepasang saling tatap teriaki takdir
Membayar mahal harga perbedaan
Gadaikan rasa
Jadi budak ketidakberdayaan

Kita sepasang
Melangkah gontai dekati malam
Lepaskan genggaman menuju ke_kegelapan
Tenggelam dalam lautan kekecewaan

Dak 11.09

LARA

Senja terlewati dengan secangkir kopi panas
Gemericik hujan dan untaian kata penyesalan
yang kau kalungkan abadi di ingatanku
Hangat…
Kau pahat hatiku dengan asa tanpa batas
Setiap kata adalah sihir berselimut puisi

Lalu aku lupakan semua luka, sakit dan penghianatan

Malam terlewati dengan setangkup sesal
Hembusan resah nafas dan gemetaran doadoa
yang lirih kubisikan pada pekat malam
Dingin…
Kembali kau rampas hidup dalam kehidupanku
tinggalkan galau disesak isak tangisku

Katamu “ aku memang ba_jingan, dan kamu tau itu… “

Lara tercabik
Dapati cinta hanyalah permainan rasa
Sadari rasa hanyalah kenaifan asa
dan Kenyataan...
Hanyalah duri yang terus menari liar
diatas luka

dak 11.09

Tuesday, November 24, 2009

KANGEN

Kangen,
tapi simpul mati belenggu luka
memaksaku munafiq
dan menelan rasa ini diamdiam

kangen,
berada dalam dekap cintamu
yang membawaku pada permainan abuabu
dimana hitam dan putih tersamar rata

yah, aku kangen,
pada hati yang menghancurkan hatiku


Dak, 06.08

Monday, November 23, 2009

BATIN YANG HAMPIR KARAM




Substansi sadar o_tak ku berpendar
dapati cinta berbuah lara kebencian
padat berjuta nuansa nanar
aku tenggelam
dalam perangkap kesangsian gapai hari esok

Dalam kalap jiwa yang kau jebak
ku tata luka dan berdiri patahkan elemen rasa
kenakan busana baru rajutan dendam lama
dan penuhi katup tangki doa dengan kutuk serapah

Tak tertampak warna selain berbias buram
setumpuk nilai_pun sirna dibenam nafsu angkara
nurani sungguh tlah tertawan dan karam
pada rongga gulita bersenggama kecewa

Tertatih
kugenggam erat cerabut asa tersisa
coba semai pada atmosfir puing hati terbelah
......................
hanya itu yang kupunya


21.11.09.- balam
salamku
MasAbodDoLAH - Dwi Andari

Sunday, November 22, 2009

BUNDA

Bunda, tahun berganti
tak juga mampu kutata hati
pun untuk menyisipkan mimpi-mimpi
seperti pintamu sebelum pergi

Bunda, tahun kembali berganti
meski coba terus tegak berdiri
lelah kujalani hari-hari
tanpamu di hidupku
: mati

Bunda, tahun-tahun akan terus berganti
Tak kan mampu ku maafkan diri
Untuk ketakutanku yang menakutimu
Untuk rapuhku yang teteskan lara dihidup mu

Bunda, ini aku berjanji
Untuk coba ikhlaskan yang terjadi
Untuk terus tegar seperti inginmu
Sebagai bukti bakti
Rindu dan cintaku pada mu

Bunda,
Mohonku
Maafmu...

Dak, 11.09

Monday, November 16, 2009

MENJAHIT LUKA



dan aku pun menjahit luka dengan jelujur rapat
lalu teronggok lemah, lelah di sudut hampa
menatap mimpi-mimpi yang ikut terkunci mati

Dak, 11.09
rev 08.09

SEUMUR JIWA



Kenangan mengingat
luka kembali terkuak
mata air, air mata pun meluap
mekarkan bungabunga kecewa

rapat kututup rasa
dalam kupendam dendam
benci dan cinta menyatu sempurna
sepanjang masa, seumur jiwa

Dak. 11.09

Monday, November 9, 2009

Nyanyian Hati




Aku menari ikuti liukan nada pilu seruling bambu
Larut dalam dawai sunyi reruntuhan mimpi
Sesekali tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati

Sementara dalam keruh tenang
Pemangsaku kembali terpekur nyaman di dasar rawa
Teteskan liur beku sedingin pekatnya nafsu
Mematung menunggu aku yang lain…

Dalam rancak acak tarianku
Kau bisikan bayangan nyatamu lewat angin yg menderu perih ketelinga
Menarilah sayang lupakan harapan tololmu
Karena aku sang pemangsa dan karma bukanlah bagian dari takdirku

Aku terus menari menata kaki ayunkan jemari
Tersihir irama luka buaian seruling bambu
Lahirkan galau yg lengkapi kisah dalam bingkai buntu waktu
Karena setengah dari takdirmu adalah takdirku

Kuikat warna kelam pada selendang impian yg pernah kau beri
Lalu tertawai diri iringi isak sengau nyanyian hati

Dak 11.09

Monday, November 2, 2009

Angin Nakal

angin nakal
hembuskan kabar yang tak ingin kudengar
menderu perih mengiris dinding hati
runtuhkan lagi kerakkerak luka

angin nakal
bahkan di lengang tengah malam
kau dera aku dengan kisah tentangnya
dalam penat rindu yang mengoyak, merobek


Dak, 11.09